Main Article Content

Abstract

Tulisan ini membahas tentang kematangan karir yang dikembangkan oleh D.E. Super (Sharf, 2006) dan Crites (Gonzalez, 2008). Kematangan karir oleh Super ditentukan oleh beberapa komponen antara lain menyangkut perencanaan karir, eksplorasi karir, pengambilan keputusan, informasi kerja dunia, dan pengetahuan tentang kelompok kerja yang diutamakan. Komponen lainnya adalah orientasi karir total, merupakan kombinasi yang menggambarkan dari subskala. Konsep lain merupakan bagian dari definisi Super tentang kematangan karir, tapi itu tidak diuji oleh inventaris pengembangan karir, yaitu realisme. Menurut Crites ada dua dimensi dalam kematangan karir, yaitu dimensi sikap dan dimensi kognitif. Dimensi sikap meliputi: keterlibatan, bimbingan, kebebasan, pilihan, dan komitmen. Sementara dimensi kognitif terdiri dari: penyelesaian masalah, perencanaan, seleksi sasaran, dan penilaian kinerja sendiri. Problematika yang dihadapi Pustakawan Perguruan Tinggi (PPT) Daerah Istimewa Yogyakarta adalah: (1) tidak adanya persiapan sebelum menentukan pilihan menjadi pustakawan; (2) sebanyak 90.63% pustakawan diangkat pertama kali melalui inpassing, sehingga dalam perjalanannya banyak mengalami kendala; (3) terdapat 44,03% Pustakawan PPT DIY lebih dari 4 tahun tidak mengajukan DUPAK, dan 37% diberhentikan sementara dari Jabatan Fungsional Pustakawan, karena tidak mampu mengumpulkan Angka Kredit yang diperlukan; (4) masih adanya pustakawan yang berpendidikan SLTA dan non ilmu perpustakaan sebesar 29,56%.

Keywords

kematangan karir pengembangan karir pustakawan perguruan tinggi inpassing

Article Details

Author Biography

Sungadi Sungadi, Universitas Islam Indonesia

Perpustakaan
How to Cite
Sungadi, S. (2017). Kematangan Karir Pustakawan Perguruan Tinggi Di DIY. Buletin Perpustakaan, (58), 19–44. Retrieved from https://journal.uii.ac.id/Buletin-Perpustakaan/article/view/9071

References

  1. Bozgeyikli, H., Eroglu, S. E., dan Hamureu, H. Career decision making self-efficacy, career maturity, and socioeconomic status with turkish youth. Georgian Electronic Scientific Journal: Education Science and Psychology, (2009). 1(4), 15-24.
  2. Chatterjee, S. A conceptual framework examining the antecedents of career decisiveness using motivation systems theory. International Journal on New Trends in education and Their Implications, (2013). 4(4), 31-41.
  3. Crites, J.O. (1968). Measurement of Vocational Maturity in Adolescence. In D.G. Zytowski (Ed.) Vocational Behavior: Readings in Theory and Research (pp. 194-235). New York: Rinehart-Winston.
  4. Eliot, Charles William. (2007). Library is the heart of the university Diakses tanggal 5 November 2015 http://www.usu.edu/campaign/colleges/library.cfm.
  5. Gonzfllez, Manuel Alvarez. (1995). OrientaciOn profesional. [Occupational guidance.] Barcelona: CEDECS.
  6. Gonzalez, Manuel Alvarez (Coord.), Bisquerra, R., Espln, J.V. & Rodriguez Espinar, S. (2007). La madurez para la Carrera en la educacion secundaria. Evaluacion e intervencion. [Career maturity in secondary education. Assessment and intervention.] Madrid: EOS.
  7. Gonzalez, Manuel Alvarez. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. ISSN. 1696-2095. No 16, Vol 6 (J) 2008, pp: 749-772
  8. Hasan, B. Career maturity of indian adolescents as a function of self-concept, vocational aspiration, and gender. Journal of the indian academy of applied psychology, (2006) 32(2), 127-134.
  9. Lau, P. L., Low, S. F., dan Zakaria, A. R. Gender and work: assessment and application of super’s theory-career maturity. British Journal of Arts and Social Sciences. (2004).
  10. Masruri, Anis. Pengembangan Kompetensi dan Pendidikan Berkelanjutan Pustakawan PTAIN: Studi Kasus di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi vol 4 Nomor 1, 2016.Yogyakarta: Uiversitas Negeri Yogyakarta: 1–14.
  11. Ottu, I. F. A. & Idowu, O. O. Openness to experience, conscientiousness and gender as personality indicators of career maturity of in-school adolescents in ibadan, Nigeria. European Journal of Educational Studies, (2014). 6(1), 1-12.
  12. Perpusnas RI, Data Pustakawan Indonesia diakses 13 Agustus 2016 pk 14:13 http://pustakawan.perpusnas.go.id/pub/pustakawan?custom_search=&IDPangkat=0&IDJabatan=0&IDBidang=0&IDPendidikan=0&IDStatusJabatan=0&IDInstansi=31&IDJenisInstansi=0&IDKota=0&IDPropinsi=10
  13. Powell, D. F. dan Luzzo, D. A. Evaluasting factors associated with the career maturity of high school students. The Career Development Quarterly, (1998). 47 (2), 145-158.
  14. Salami, S. O. Gender, identity status and career maturity of adolescents in Southwest Nigeria. Journal of Social Science, (2008). 16(1), 35-49.
  15. Savickas, Mark L. (2005). The theory and practice of career construction. In S. D. Brown & R. W. Lent (Eds.), Career development and counseling: Putting theory and research to work (pp. 42–70). Hoboken, NJ: John Wiley & Sons Sharf,
  16. Richard S. (2006). Applying career development theory to counseling 4th ed. (Canada: Thomson Corporation).
  17. Sudarsono, Blasius. Pengembangan Profesi Pustakawan. (Jakarta: Media Pustakawan 2010) 17 (3): 48-52
  18. Sungadi. (2016). Jabatan Fungsional Pustakawan dan Problematikanya. LIBRARIA Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Volume 5 Nomor 1 Tahun 2016, 31-53.
  19. Super, D.E. (1955). Personality integration through vocational counseling. Journal of Counseling Psychology, 2, 217-226.
  20. Thompson, A.S. & Lindeman, R.H. (1981). Career Development Inventory: User’s manual (Vol. 1). Palo Alto, CA: Counselting Psychologists Press.