TITLE: KERUGIAN NILAIBUDAYA ADAT SUKU ANAK DALAM PEMBANGUNANPERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI JAMBI

Sri Walyoto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Indonesia

 

Abstract

Palm oil development in Jambi cause problems of society. This study was to estimate the economic loss of indigenous cultural communities palm oil development area. Economic concepts need to take into account cultural values ​​consisting of value to direct and indirect use values ​​which become elements of the construction costs. Direct use value from the perspective of the user community was estimated using TCM. Indirect use value is estimated using techniques CVM. The results obtained by the loss of indigenous cultural values ​​of Rp4.517,4 million - Rp17.107,4 million. Area of ​​research offers benefits to tourists and potential to become an eco-tourism destination nationally advanced culture to international efforts if it were made innovative improvements. This cultural value estimated using the lowest number based on population in Jambi Province alone, and do not take into account the population of other provinces in Indonesia as well as the population in the world. Increased public awareness of the importance of cultural and environmental preservation, cultural and environmental value benefits can go beyond the boundaries of a country.

Keywords: Culture; concept development; Islamic Economics

Abstrak

Pembangunan kelapa sawit di Jambi menimbulkan masalah masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengestimasi kerugian ekonomi budaya adat masyarakat kawasan pembangunan kelapa sawit. Konsep ekonomiperlu memperhitungkan nilai budaya yang terdiri dari nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung yang menjadi unsur biaya pembangunan. Nilai guna langsung dari perspektif masyarakat pengguna diestimasi menggunakan TCM. Nilai guna tidak langsung diestimasi menggunakan teknik CVM. Hasil penelitian diperoleh kerugian nilai budaya adatsebesar Rp4.517,4 juta � Rp17.107,4 juta. Kawasan penelitian menawarkan manfaat kepada wisatawan dan berpotensi menjadi tujuan wisata eko-budaya yang maju secara nasional sampai internasional sekiranya dilakukan usaha-usaha perbaikan yang inovatif. Estimasi nilai budaya ini menggunakan angka terendah berdasar populasi penduduk di Provinsi Jambi saja, dan tidak memperhitungkan penduduk provinsi lain di Indonesia serta penduduk di dunia. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlestarian budaya dan lingkungan, manfaat nilai budaya dan lingkungan dapat melampui batas-batas suatu negara.

Kata Kunci: Budaya; Konsep pembangunan; Ekonomi.

 

I.  PENDAHULUAN

 

Nilai budaya suatu bangsa terbentuk oleh prilaku masyarakat yang menjadi suatu kebudayaan. Kebudayaan ada dan terwujudkarena adanya hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya, dalamhubungan tersebut timbullah cita-cita, perilaku, dan hasil karya, kesemuanya inimewujudkan kebudayaan (Widyastini, 2012).Sosiokultural yang terbentuk dalam kelembagaan sosial merupakan aspek penting dalam pembangunan lestari (sustainable development).Ide, sikap, perilaku, norma dan nilai (cognitive social capital), gotong royongmerupakan bagian dari sosiokultural yang menjadiunsur terbentuknya perilaku manusia dalam mengelola sumberdaya secara arif sebagaimana tugas manusia sebagai khalifah.

Ahmad Azhar Basyir (1985) menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi diciptakan untuk manusia guna memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran: �Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir�.(QS.al-Jatsiyah:13).

Dalam ayat tersebut ditegaskan, manusia diperintahkan untuk berpikir sebagaimana Allah telah memberikan kemampuan untuk berpikir. Hendaknya segala tindakan yang dilakukan merupakan pencerminan jiwa yang selalu dilandasi kesadaran dan untuk kemaslahatan umat. Kepentingan untuk memenuhi keperluan ekonomi sekarang maupun generasi akan datang dialokasikan secara seimbang sehingga terhindar dari kerusakan dan kemusnahan. Hakekat kehidupan manusia bagaimana dapat tercapainya kelangsungan kehidupan dari generasi kegerasi.

Sebagai khalifah, Manusia dituntut untuk mengolah dan menjaga potensi alam demimemenuhi kebutuhan hidup. Pengelolaan potensi alam yang diberikan Allah merupakan fardhu kifayah, karena tidak semua manusia memiliki kemampuan memanfaatkan potensi alam. Menelantarkan potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hidup berarti manusia telah mengabaikan fungsinyasebagai khalifah. Dalam memenuhi fungsi tersebut, hendaknya tidak mengganggu keselamatan orang lain dantidak berlebihan, agar potensi alam yang terbatas juga dapat dinikmati generasi mendatang (Ahmad Azhar Basyir, 1985).

Perilaku pemanfaatan potensi alam secara berlebihan, tamak, rakus, akan menimbulkan ancaman pada manusia itu sendiri. Allah telah memperingatkan hal tersebut dalam (QS. Ruum: 41):Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia�.Berdasarkan ayat tersebut, pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia saat ini harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.

Maksimalisasi fungsi pengaturan dan pengendalian dalam sosiokultural diperlukan melalui penguatan kapasitas masyarakat agar lebih memahami serta mengerti fungsi sistem nilai maupun norma dalam pengaturan perilaku. Konsep ini muncul, karena pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan top down lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan nilai sosial budaya, sehingga menyebabkan memudarnya kearifan lokal danrusaknya sumberdaya. Oleh karena itu, negara memerlukan konsep pembangunan ekonomi secara syariah yang juga selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan.

Konsep komprehensif dalam Islam, institusi negara bersifat kolektif dalam landasan moral dan syariah Islam. Konsep ukhuwah, tausiyah, dan khalifah merupakan landasan pembangunan dalam institusi pemerintahan sebuah negara. Kekuasaan, dalam hal ini pemerintah, berfungsi sebagai penjaga pondasi (asas) tersebut(Metwally, 1995). Dari uraian tersebut terdapat hubungan yang saling menguntungkan dan menguatkan. Agama sebagai pondasi bagi negara dalammensejahterakan rakyat sementara negara juga menjadi alat agama agar dakwahterlaksana secara benar dan efisien.

Masyarakat lebih mudah diorganisir atau diatur berdasarkan ajaran Islam dibawah naungan negara. Pemerintah sebuah negara dalam ajaran Islam memiliki tugas antara lain;pemungutan dan distribusi zakat, pelarangan riba, serta implementasi hukum Islam. Al Qordhowi (1997), menekankan pentingnya peran negara dalam efektivitas implementasi prinsip syariah pada setiap sisi kehidupan.Keberadaan negara diharapkan dapat memelihara dan mengembangkan risalah Islam, termasuk akidah dan tatanan, ibadah dan akhlak, kehidupan, dan peradaban. Diharapkan semua sektor kehidupan manusia dapat berjalan dengan seimbang dan harmoni secara materi dan rohani.

������������� Pengelolaan sumber dayanegara memerlukan suatu sistem yang baik agar dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 di Indonesia tertuang dalam Undang-undang Nomer 17 Tahun 2007, bahwa pengelolaan tanah untuk kemakmuran rakyat yang adil dan sejahtera. Amanat undang-undang tersebut dapat ditafsirkan bahwa penggunaan tanah untuk tujuan pembangunan sama pentingnya dengan tetap dipertahankan keaslian fungsi alam. Maka agar pilihan pemanfaatan kawasan itu efisien dan maslahah,diperlukan valuasi ekonomi yang memperhitungkan unsur nilai budaya dalam suatu proyek pembangunan.


Pembangunan perkebunan kelapa sawit dan pemukiman transmigrasi di hutan penyanggga Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Provinsi Jambi,didugaberdampak negatif terhadap pariwisatabudaya adat Suku Anak Dalam (SAD). Kawasan TNBD merupakan perluasanCagar Biosfer Bukit Duabelas. Kawasan ini merupakantanah adat sebagai pengembaraan SAD (BKSDA 2004).

Budaya hidup SAD, mengembara di dalam hutan dan menyatu dengan alam tanpa merusak hutan. Budaya adat tersebut juga identik dengankonsep pelestarian dalam Islam.Mereka menempatkan hutan sebagai simbol budaya adat. Seluruh keperluan hidup SADdan barang budaya untuk keperluan upacara ritual (budayaadat) dipenuhi dari hasil hutan. Jika meninggalpun mereka memerlukan hutan sebagai makam. Oleh karena itu, kerusakan atau berkurangnya luas kawasan hutan menjadi faktor penyebab kemerosotanbudaya adat. Budaya adat perspektif dari komunitas SAD ini dalam konsep Total Economis Value (TEV) termasuk nilai guna tidak langsung (indirectuse values/IDUV).

Selain sebagai hutan tinggal bagi SAD, kawasan hutan TNBD juga berfungsi sebagai kawasan rekreasi budaya adat dan alam yang menantang. Rekreasi budaya adat perspektif dari masyarakat pengguna termasuk nilai guna langsung (directuse values/DUV). Berdasarkan konsep TEV nilai ekonomi dampak negatif pembangunan kelapa sawit terhadap budaya adat SAD terdiri dari DUV dan IDUV.

Kawasan TNBD menyediakan berbagai aliran manfaat ekonomi lingkungan dan budayayang tidak dapat di cupture oleh mekanisme pasar biasa. Semua manfaat ini merupakan manfaat barang-barang tidak mempunyai tanda harga pasar karena tidak mempunyai tanda eksplisit (seperti harga pasar) untuk menggambarkan kepentingan ekonominya, pembangunan perkebunan kelapa sawit di kawasan TNBD. Maka perlu memperhitungkan kerugian ekonomi atas pembangunan tersebut.Perhitungan tersebut melibatkan nilai guna langsung (directuse values) dan nilai guna tidak langsung (indirectuse values) yang berkaitan dengan pariwisata budaya.

Tujuan penelitian ini untuk mengestimasi nilai kerugian ekonomi budaya adat SAD di kawasan pembangunan kelapa sawit TNBD Provinsi Jambi. Secara spesifik penelitianini fokus pada estimasi nilai ekonomibudaya adat SAD dari perspektif komunitas SAD dandari masyarakat pengguna.Nilai budaya adat SAD yang diestimasi ini hanyamenggambarkan nilai batas bawah.

Hasil penelitian diharapkan dapatmenjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan di Indonesia apakah TNBD sebaiknyadikonservasisebagai obyek pariwisata budaya adat atau dikonversi untuk alternatif kegunaan lain yang sejalan dengan arus pembangunan di sekeliling TNBD.

 

II. METODE PENELITIAN

 

Estimasi nilai ekonomi budaya adat SAD, terdiri dari nilai budaya adat perspektif masyarakat pengguna dan perspektif masyarakat SAD sendiri.

 

A.     Pengukuran Nilai Budaya Adat SAD Perspektif Masyarakat Pengguna

Nilai budaya adat SAD perspektif masyarakat pengguna diestimasi menggunakan pendekatan nilai rekreasi budaya adat. Metode untuk menilai manfaat rekreasi dengan Metode biaya perjalanan (TCM). Ulasan karya yang baik mengenahi TCM terdapat dalam Fletcher, Adamowicz and Graham (1990). Penelitian terdahulu diantaranya, lihat (Shuib 1991; Jamal et al., 1998; Jamal et al. 2004) dilaksanakan di Malaysia. Di Indonesia diantaranya, Jamal Othman & Anggi Rahajeng (2009); Bernard (2008).

����������� Nilai budaya adat SAD perspektif masyarakat pengguna diestimasi dengan TCM. Harga pariwisata (rekreasi) diestimasi dengan biayadatang dan kembalinya dari tempat tinggal wisatawan ke kawasan wisata TNBD. Kurva permintaan rekreasipada Gambar 1, dibentuk dengan model ekonometri menggunakan data jumlah kunjungan, biaya perjalanan datang dan kembali sertasosio-ekonomi yang relevan. Manfaat rekreasi budaya adat SAD dihitung berdasarkan luas dibawah kurva permintaan rekreasi, sedangkan manfaat bersih consumer surplus (CS) dihitung dibawah kurva permintaan rekreasi budaya adat SAD dan diatas garis harga.

 

Gambar 1. Kurva permintaan rekreasi

Sumber: Binger & Hoffman (1990)

 

Kurva permintaan rekreasi adalah: LogVij = �(TCij, Yi, Edi, Umi)

Dimana,��

Vij��������� = jumlah kunjungan responden i ketempat rekreasi j dalam setahun

TCij���� = biaya perjalanan responden i ketempat rekreasi j pergi balik

Yi�������� = pendapatan responden sebulan

Edi����� = pendidikan responden

Umi������ = umur responden

J���������� = Kawasan rekreasi (TNBD)

Kurva permintaan rekreasi diestimasi dengan model OLS. Dimana adalah kesediaan berkunjung,TC* adalah rata-rata biaya perjalanan setiap pengunjung. Jika biaya perjalanan sebanyak (TC**), maka jumlah kunjungan setahun () akan mendekatinol (0). Jumlah manfaat rekreasi adalah kawasan A + B, sedangkan B menggambarkan manfaat bersih atau surplus manfaat yang diperoleh responden dari jasa rekreasi. Surplus konsumen setiap pengunjung untuk kurva permintaan model semi-log variabel terikat, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus: seperti juga pernah digunakanJamal et.al (2004); Gum dan Martin (1975); dan Hanley (1989).

Pengagregatan nilai rekreasi budaya adat SAD dihitung dari jumlah (CS) per individu per kunjungan dikalikan dengan estimasi kedatangan wisatawan. Selanjutnya nilai rekreasi budaya adat SAD perspektif masyarakat penggunadirectuse values dihitung dengan rumus berikut:

NPVr =

 

Dimana:

CS

=

surplus konsumen per individu per kunjungan

=

estimasi kedatangan wisatawan tahun t

i

=

diskon faktor

t

=

waktu

n

=

25 (sesuai umur proyek)

 

B.    Pengukuran Nilai Budaya Adat SAD Perspektif Masyarakat SAD

Nilai budaya SAD perspektif masyarakat SAD diestimasi menggunakan pendekatan nilai bunga untuk upacara adat. Nilai tersebut diestimasi dengan menggunakan CVM. Format CVM yang digunakan adalah format pertanyaan terbuka. Budaya upacara adat secara tidak langsung mempunyai hubungan dengan pelestarian hutan. Hal ini dikarenakan, bunga untuk keperluan upacara adat harus yang dipetik dan tumbuh di hutan. Oleh karena itu, komunitas SAD akan mengalami degradasi budaya jika hutan dikonversi untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit. Dampak negatif bagi nilai budaya upacara adat SAD menjadi unsur biaya pembangunan perkebunan kelapa sawit di TNBD.

Dasar teori CV pada penelitian ini adalah ukuran kesejahteraan lebihan setara (WTPES). Nilai Budaya Adat SAD diasumsikan bahwa seseorang dengan utilitas Budaya Adatyang dilambangkan X dan kualitas kawasan hutan dinotasikan Z.Perhatikan Gambar 2, Diasumsikan rumah tangga awalnya di titik A pada utilitas U0. Garis anggaran M adalah konstan, menyiratkan bahwa anggaran individu tidak dipengaruhi oleh perubahan di Z, variabel non-harga. Kemerosotan Budaya Adat SAD (perubahan kualitas) atas perubahan kebijakan penggunaan sebagian kawasan hutan nampak pada pergeseran ke titik B pada tingkat utilitas lebih rendah (U1).

Asumsi rumah tangga memiliki hak untuk tetap mempertahankan jumlah kualitas awal barang budaya (Z), maka untuk memastikan bahwa Z0 dipertahankan, maka sejumlah penghasilan tertentu (WTPES) perlu diambil dari M0 untuk memungkinkan individu tetap pada tingkat kualitas awal tetapi pada utilitas baru (U1). Individu akan pindah di titik D dengan utilitas tetap sama di posisi B. Secara matematik fungsi utilitas tidak langsung WTPES adalah sebagai berikut:

 

Dimana M0 adalah tingkat pendapatan awal, Z0 dan Z1 mewakili berbagai set atribut budaya (Z0 menjadi himpunan atribut sebelum perubahan kebijakan), dan X merupakan barang-barang lain dipasarkan.Studi dengan mengambil kasus Budaya Adat SAD di TNBDseluas 60.500 hektar. Kawasan TNBD merupakan kawasan hutan yang dikonservasi sebagai pelestarian budaya adat SAD di Indonesia. Degradasi terjadi akibat aktivitas manusia seperti penyerobatan kawasan hutan untuk alih fungsi perkebunan sawit.

Gambar 2. Perubahan Kesejahteraan WTPES

Sumber: Freeman (1994)

 


Pasar hipotetik untuk mendapatkan nilai WTP adalah sebagai berikut; SADditawari kawasan lain sebagai pengganti kawasan memungut bunga ritual dengan kualitas yang sama tetapi harus masuk ke dalam hutan yang lebih dalam selama 25 tahun. Untuk sampai di kawasan tersebut dari tempat tinggalnya mereka mempunyai variasi jarak yang berbeda. Sehingga diperlukan waktu yang berbeda untuk memungut bunga ritual ke tempat tersebut. Tambahan waktu untuk memperoleh bunga ritual tersebut sebagai proksi nilai WTP pelestarian budaya adat.

Mean WTP nilai budaya adat SAD format CV setahun dihitung dengan rumus sebagai berikut:

��������� ���������������������������������������������������������������������������������������

dimana:

=rata-rata kesediaan melestarikan budaya adat SAD format CV per

���� tahun/keluarga

��������� h������������ = tambahan hari memungut bunga ritual setiap kali upacara adat,

��������� k����������� = kekerapan menjalankan upacara adat setahun,

������������������������������������� Up �������� = upah kerja sehari pekerja kasar di kawasan studi.

 

Pengagregatan nilai budaya adat SAD perspektif dari masyarakat SAD model CVM format open-ended questions dihitung dengan rumus berikut:

��������� ��������������������������������������������������������������

dimana :

PVbunga

=

Agregat Nilai Sekarang budaya adat SAD

=

Mean WTP

P0

=

Populasi keluarga tahun ke 0

Ptb

=

Pertumbuhan populasi keluarga SAD

Prm

=

Prosentase keluarga SAD masih menjalankan adat dan bersedia mencari bunga ritual di kawasan lain/lebih jauhdari kawasan lama

t

=

waktu, T=25

R

=

Faktor diskun

 

C.    EstimasiFungsi WTP Berdasarkan Model CV Fomat Open-Ended Questions

Estimasi fungsi kesediaan melestarian budaya adat dipengaruhi oleh jumlah melaksanakan budaya adat setiap tahun, usia, dan pendapatan.Untuk menguji hubungan antarvariabel terikat dengan variabel bebasdalam model ini menggunakan regresi.Model regresi tersebut seperti berikut:

 

Keterangan mengenai variabel terikat dan vaiabel bebas serta ciri data dalam model OLS adalah seperti berikut:

 

Tabel 1. Variabel terikat dan vaiabel bebas serta ciri data dalam model OLS

Variabel

Simbul

Skala

 

 

 

Nilai kesediaan melestarikan budaya adat SAD CV format open-ended questions

 

Jumlah melakukan

upacara budaya adat/tahun

 

Usia

 

Pendapatan

WTPbunga

 

 

 

Kemua

 

 

Us

 

Pdpt

Ratio

 

 

 

Ratio

 

 

Ratio

 

Ratio

 

 

 

 

 

D.    Prosedur Persampelan

Sampel dikelompokkan dalam dua kelompok sampel yang mewakili populasi masyarakat pengguna rekreasi budaya adat sebanyak 400 responden, sampel yang mewakili masyarakat SAD sendiri sebanyak 112 responden. Pemilihan responden secara randomdenganpenekanan agar tidak terjadi perhitungan dua kali terhadapkeluarga yang sama.Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Estimasi NPV hasil penelitian mengunakan diskaun faktor 2%, 8% dan 15%.

 

 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.     Profil Responden Masyarakat Pengguna Rekreasi Budaya Adat SAD

Dari 400 orang responden, terdiridari 85% lelaki dan 15% wanita. Dari segi usia;yang berusia antara 17- 30 tahun merupakan kelompok remaja sebanyak 10,3%, sedangkan pengunjung berusia 31-43 tahun merupakan kelompok usia tengah baya sebanyak 58,3%, dan pengunjung usia diatas 43 tahun sebanyak. Sebanyak 58,2% dariresponden masih bujang dan 41,8% sudah menikah.

����������� Pendidikan responden 53,5% berpendidikan Perguruan Tinggi. Berpendidikan Sekolah Dasarsebanyak5,8%; SLTP 5,3%; sedangkan 35,5%berpendidikanSLTA. Ini bermakna bahwa kawasan rekreasi tersebut lebih diminati wisatawan berpendidikan menengah keatas. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya juga didorong oleh tingkat pendidikan masyarakat itu sendidri. Semakin tinggi pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dan penghayatan mencintai nilai-nilai budaya. Kecintaan kepada nilai-nilai budaya ini mendorong seseorang memilih rekreasi ke kawasan budaya.

Pendapatan responden dalam sebulan per-kepala keluarga antara Rp1juta � Rp2,5juta sebanyak6%, antara Rp2,5juta-Rp4jutaadalah 58,3%dan berpendapatan lebih dari Rp4juta adalah 35,8%. Rata-rata pendapatanresponden per-bulan Rp3juta per-kepala keluarga, atau sebesar Rp0,9juta per individu dengan kata lain, rata-rata responden adalah kalangan yang berpendapatan menengah keatas. Kawasan rekreasi ini sesuai untuk masyarakat yang memiliki jiwa budaya dan menyukai kawasan alam menantang.

Kawasan TNBD memiliki keunikan budaya adat SAD, menarik bagi masyarakatyang berkeinginanmengetahui gaya hidup dan cara hidup SAD,serta kondisi alam yang alami.Budaya adat alam pernikahan sangat menarik, karena mempelai lelaki harus dapat mempersembahkan seratus jenis bunga tertentu yang tumbuh di hutan. Kurangnya satu jenis bunga, pernikahan tidak boleh dijalankan, karena berdasar kepercayaan mereka, dewa dewi tidak mau datang dan memberi restu pernikahan.

Rata-rata biaya perjalanan adalah sekitar dua puluh satu ribu.Tanggapanresponden terhadap kawasan wisatabudaya adat SAD; sebanyak 1,40% menyatakan tidak berkesan. Pengunjung yang menyatakan netral sebanyak 65,73%. Sedangkan yang menyatakan tertarik wisata budaya adat SAD sebanyak 32,87%.

B.    Analisis ekonometri TCM

Estimasi fungsi permintaan kunjungan wisata budaya adat SAD menggunakan regresisemi-log. Hasil regresi semi-log permintaan rekreasi budaya adat SAD seperti dalam tabel 1 berikut ini:

 

Tabel 2. Hasilregresi spesifikasi semi-log variabel terikat permintaan kunjungan wisata budaya adat SAD

Pembolehubah

Pekali

Statistik �t�

VIF

TC

Y

Us

Ed

Konstan

-0.000043

0.041

-0.003

-0.093

1.290

-23.757***

2.523**

1.944*

-6.566***

10.684***

1.853

1.039

1.259

1.598

Statistik R2

Adjusted R2

Statistik D-W

Statistik F

CI

Sampel (n)

0.738

0.735

1.296

249.359***

20.046

359

 

 

 

Variabel terikat: LnV

Catatan:VIF = Variance Inflation Factors, Statistik D-W = Durbin-Watson, CI = Condition Index, Jumlah sampel (n) 400, data rusak tidak dianalisis 41, data dianalisis 359.

*���� Signifiken pada aras keertian 0.1

**�� Signifiken pada aras keertian 0.05

*** Signifiken pada aras keertian 0.01

 

Statistik F spesifikasi modelini signifikan pada α 1%. Statistik R2 merupakan indeks yang menerangkan variasi kunjungan yang dapat diterangkan oleh variabel bebas. Secara umum statistik R2 dapat menerangkan 73.5% variasi kunjungan. Model ini juga tidak mengalami masalah kolinearitas yang serius berdasarkan statistik �Condition Index � CI�. Model juga tidak mengalami masalah autokorelasi yang serius berdasarkan testDurbin-Watson (D.W) [1].

VariabelTC (biaya perjalanan pergi balik ke TNBD) berhubungan negatif dengan kekerapan kunjungan dan signifiken pada α 1%. Koefisien regresi ini menunjukkan peningkatan biaya perjalan ke objek penelitian, maka kekerapan rekreasi ke kawasan tersebut semakin berkurangan. Variabel pendapatan (Y) berhubungan positif kunjungan dan signifikan pada α 5%. Variabel usia (Us) berhubungan positif dengan kekerapan rekreasi dan signifikan pada α 10%. Variabel pendidikan (Ed) berhubungan negatif dengan kekerapan rekreasi dan signifikan pada α 1%.

 

C.    C.Estimasi Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Agregat Rekreasi Budaya Adat SAD

Menggunakan rumus Gum dan Martin (1975) dan Hanley (1989), surplus konsumen (CS) adalah Rp86.206,90 per responden. Untuk mendapatkan nilai manfaat bersih bagi setiap individu setiap kunjungan, nilai surplus konsumen setiap responden dibagi dengan rata-rata jumlah kelompok responden adalah 5,2 orang. Dengan menggunakan estimasi surplus konsumen dari model semi-log, manfaat bersih dihitung sebanyak Rp16.578,25 per individu per kunjungan.

Surplus konsumen (CS) dari spesifikasi linear diestimasi sebesar Rp 60.916,67 per responden. Untuk mendapatkan nilai manfaat bersih per individu setiap kunjungan, nilai surplus konsumen setiap responden dibagi dengan rata-rata jumlah kelompok sebanyak 5,2 orang. Dengan menggunakan estimasi surplus konsumen dari model semi-log, manfaat bersih dihitung sebanyak Rp11.714,74 per individu per kunjungan.

Nilai surplus konsumen yang kecil ini adalah dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilaksanakan Jamal et al. (2004) di Taman Pertanian Shah Alam Malaysia. Mereka memperoleh estimasi surplus konsumen sebesar Rp11.691,00 per pengunjung. Sementara penelitian Willis, Garrod dan Chee (1996) untuk jasa rekreasi hutan penelitian yang dilakukan di Semenanjung Malaysia, mereka memperoleh estimasi surplus konsumenantara Rp 8.100,00 - Rp13.500,00 untuk setiap pengunjungnya. Nilai yang rendah ini karena rekreasi sumber hutan adalah barang biasa, dari segi penawaran tidak menghadapai masalah kelangkaan (scarcity) dan mudah mendapatkannya.

Pengagregatan nilai rekreasi budaya adat SAD diperoleh dengan mengalikan surplus konsumen per pengunjung dengan proyeksi kedatangan wisatawan selama umur projek. Untuk mendapatkan nilai agregat rekreasi budaya adat SAD dalam setahun, surplus konsumen per pengunjung dikalikandengan jumlah kedatangan wisatawan.Agregat nilai rekreasi budaya adat perspektif dari masyarakat pengguna antara Rp1.734,4 juta � Rp7.866,4 juta tergantung tingkat diskaun yang digunakan.

 

D.    Profil Responden Suku Anak Dalam (SAD)

Usia responden, terdiri dari68,8% responden kalangan berusia antara 25 sehingga 43,5 tahun dan 31,3% responden dari kalangan usia 43,5 tahun lebih,pekerjaan responden sebagian besar berburu dan memungut hasil hutan sebanyak 92,9%, yang bekerja sebagai buruh adalah 5,4% dan yang berladang 1,8%.Pendapatan keluarga responden sebulan kurang dari Rp1 juta sebanyak 79,5%, yang berpendapatan antara Rp1 juta � Rp 4 juta sebanyak 18,8%, selebihnya 1,8% berpenghasilan diatas Rp 4 juta.

Keseluruhan responden SAD yang masih mempertahankan budaya adat secara utuh. Frekuensi responden dalam menjalankan upacara adat (budaya adat SAD) selama satu tahun lalu adalah; 34,8% responden menjalankan dua kali saja, 22,3% menjalankan tiga kali, 33,9%menjalankan empat kali dan 8,9% responden menyatakan menjalankan upacara budaya adat lima kali dalam setahun yang lalu.

Dari 112 responden SAD yang diwawancarai menyampaikan, bahwa tambahan waktu pergi danbalik untuk memungut bunga ritual setiap kali pungut rata-rata 3,2057 hari, dengan waktu minimum 1,80 hari dan maksimum 4,65 hari. Mean WTP SAD melestarikan budaya upacara adat adalah sebesar Rp976,49 per tahun per keluarga. Nilai budaya SAD perspektif dari SAD sendiri antaraRp2.783 juta � Rp9.241 juta tergantung diskun yang digunakan. Maka total nilai budaya adat SAD dampak pembangunan sawit adalah jumlah use value dan non-use value antara Rp4.517 juta � Rp17.241 jutatergantung diskon yang digunakan.

 

IV. KESIMPULAN

 

Berdasarkan model TCM perspektif lower bound estimation penelitian ini mengestimasinilai rekreasi budaya adat SAD antara Rp1.734,4 juta � Rp7.866,4 jutatergantung diskon faktor yang digunakan. Berdasarkan model CVM pertanyaan terbuka nilai budaya adat SAD perspektif dari SAD sendiri diestimasi sebesar Rp2.783 juta � Rp9.241 juta tergantung diskon faktor yang digunakan. Total nilai kerugian ekonomi, dampak dari pembangunan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan penyangga TNBD Provinsi Jambi antara Rp4.517,4 juta � Rp17.107,4 juta tergantung faktor diskon yang digunakan.

Nilai ini membentuk biayapengorbanan atau kehilangan manfaat budaya adat SAD dari perspektif masyarakat pengguna dan komunitas SAD sekiranya TNBD dikonversi untuk kegunaan lain. Oleh karena nilai agregat ini berfungsi pada jumlah keluarga serta kesediaan SAD untuk melestarikan budaya adat mereka , maka pertambahan pada jumlah keluarga (KK) serta peningkatan WTP akan meningkatkan nilai dampak negatif. Sebaliknya nilai dampak negatif dapat berkurang sekiranya jumlahkeluarga dan WTP SAD untuk melestarikan budaya adat berkurang.

Sumber dana diperoleh pihak management TNBD hanya dari tiket masuk, perlu sumber pembiayaan lain yang imperaktif untuk menambah dana pengelolaan sekiranya terdapat rencana pembangunan Taman Nasional. Pengeloalaan TNBD pada swasta atau BUMN adalah disarankan.

Peneliti berpendapat bahwa TNBD patut dilestarikan untuk melindungi budaya adat SAD. Walaupun penelitian ini tidak mendapati nilai budaya adat SAD di TNBD yang tinggi, SAD adalah salah satu dari suku bangsa Indonesia yang memiliki hak sama seperti suku yang lain. Dalam ajaran Islam, manusia memiliki hak yang sama, letak perbedaan manusia di sisi Allah, adalah pada takwa dan amal shalih sebagaimana firman Allahsebagai berikut: �Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal�.(QS. Al Hujuraat: 13)

TNBD dengan keunikan adat budaya SAD dapat berpotensi menjadi tujuan wisatawan eko-budaya yang maju dalam negara sehingga mancanegara.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Azhar Basyir, 1985, Citra Manusia Muslim, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi. 2004. Taman Nasional Bukit Duabelas. Rencana Pengelolaan 2005 -2029. Jambi, Indonesia.

Binger, B.R., Hoffman, E. 1998. Mikroeconomics With Calculus. New York: Addison-Wesley.

Bernard Hasibuan. 2008. Analisis Nilai Rekreasi Kawasan Pelancongan Puncak Indonesia. Tesis. Program Doktor Falsafah Ekonomi Fakulti Ekonomi dan Perniagaan Universiti Kebangsaan Malaysia.

BPS.2009. Beberapa Indikator Penting Sosial Ekonomi Indonesia.

Fletcher, J.,Adamowicz,W.&Graham-Tomasi,T. 1990. The Travel Cost Model of Recreation Demand: Theoritical and Empirical Issues. Leisure Science. 12:119-147

Gum, R. L. & Martin, W. E. 1975. Problems and solutions in estimating the demand for and value of rural outdoor recreation. American Journal of Agricultural Economics 57: 558-566.

Gujarati, D. N. 2003. Basic econometric. New York: McGraw-Hill.

Hanley, N. D. 1989. Valuing rural recreation benefits: an empirical comparison of two approach. Journal of Agricultural Economics . 40: 361-374.

Jamal Othman & Anggi Rahajeng. 2009. Economic Valuation of Recreational Attributes: Case of Nature and Culture-Based Tourism In Malaysia and Indonesia. Jurnal of Torism and Hotels, Fayoum University, Egypt. Vol 4, No 1: 45-57.

Jamal Othman & Redzuan Othman, 1998.Economic benefits of wetlands biodiversity: Case of fireflies recreation. Tropical Biodiversity 5 (1), 65-74

Jamal Othman, 2000. Economic benefits of wetlands-based recreation: Case of Kuala Selangor fireflies and nature park. Malaysian Journal of Environmenral Management. (1). 41-54.

Jamal. 2001. Estimating non-use values of environmental resources using. contingent valuation: case of Matang Mangroves. Dlm. Jamaluddin Jahi (pnyt.) Environmental management 2000, hlm. 214�222. Universiti Kebangsaan Malaysia: Center for Graduate Studies.

Jamal Othman.,Basri Abadul Talib.,Redzuan Othman., 2004. Nilai Ekonomi Khidmat Rekreasi Taman Pertanian Malaysia, Shah Alam. IJMS 11 (1), 165-179

KKI WARSI, 2004. Laporan pendataan Suku Anak Dalam (Orang Rimbo), Jambi Indnesia.

Mitchell, R. & Carson, R. 1989. Using surveys to value public goods: the contingent valuation method. Washington, D. C: Resources for the Future.

Metwally. 1995. Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta : PT. Bangkit Daya Insana.

NOAA. 1993 Report of the NOAA panel on contingent valuation, National Oceanic and Atmospheric Administration, Fed. Reg. 58: 4601 - 14 f

Poster, L and Lee, J. 1998b. Oil Palm in Indonesia: its role in forest conversion and the fires of 1997/98. A report for WWF Indonesia Programme, Jakarta , Indonesia.

Freeman III, A.M. 1994. The measurement of environmental and resource values: theory and methods. Washington, D.C.: Resource for the Future.

 

Qardhawi, Yusuf. 1997. Daurul Qiyam wa al-Akhlak fi al-Iqtishad al-Islami (PeranNilai dan Moral dalam Perekonomian Islam), terj. Didin Hafidhuddin et al., Jakarta, Robbani Press

Suib, A.,1991. Effects of time cost on recreational benefit estimation. Malaysian Journal of Environmental Economics and Management. (23):101-122.

Willis,K., Garrod,G & Chee T. 1996. Valuation and analysis of consumer demand for forest recreation areas in Peninsula Malaysia. In S.Lee, D. May, I.Gauld and J. Bishop (Eds). Conservation, Mangement and Development of forest Resource. Proceedings of the Malaysia-UK Programme Workshop. Forest Research Institute Malaysia.

Widyastini. 2012. Nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia. Jurnal Filsafat UGM. http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/46/42 diakses 11/3/2012.


 



[1]D.W kurang daripada satu atau melebihi tiga menunjukkan wujud masalah autokorelasi yang serius (Gujarati 2003).