TITLE: KERUGIAN
NILAIBUDAYA ADAT SUKU ANAK DALAM PEMBANGUNAN�
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI JAMBI
Sri
Walyoto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri Surakarta Indonesia
Abstract
Palm oil development
in Jambi cause problems of society. This study was to estimate the economic
loss of indigenous cultural communities palm oil development area. Economic
concepts need to take into account cultural values consisting of value
to direct and indirect use values which
become elements of the construction costs. Direct use value from the
perspective of the user community was estimated using TCM. Indirect use value
is estimated using techniques CVM. The results obtained by the loss of indigenous
cultural values of Rp4.517,4 million
- Rp17.107,4 million. Area of research
offers benefits to tourists and potential to become an eco-tourism destination
nationally advanced culture to international efforts if it were made innovative
improvements. This cultural value estimated using the lowest number based on
population in Jambi Province alone, and do not take into account the population
of other provinces in Indonesia as well as the population in the world.
Increased public awareness of the importance of cultural and environmental preservation,
cultural and environmental value benefits can go beyond the boundaries of a
country.
Keywords: Culture; concept development; Islamic
Economics
Abstrak
Pembangunan kelapa sawit di Jambi menimbulkan masalah masyarakat. Penelitian
ini bertujuan mengestimasi kerugian ekonomi budaya adat masyarakat kawasan pembangunan
kelapa sawit. Konsep
ekonomi� perlu memperhitungkan nilai
budaya yang terdiri dari nilai guna langsung dan nilai guna
tidak langsung yang menjadi unsur
biaya pembangunan. Nilai guna langsung dari perspektif masyarakat pengguna diestimasi menggunakan TCM. Nilai guna tidak langsung
diestimasi menggunakan teknik CVM. Hasil penelitian
diperoleh kerugian nilai budaya adatsebesar Rp4.517,4 juta
� Rp17.107,4 juta. Kawasan penelitian menawarkan manfaat kepada wisatawan dan berpotensi menjadi
tujuan wisata eko-budaya yang maju secara nasional sampai internasional
sekiranya dilakukan usaha-usaha perbaikan yang inovatif. Estimasi nilai budaya ini menggunakan angka terendah berdasar populasi penduduk di
Provinsi Jambi saja, dan tidak memperhitungkan penduduk provinsi lain di
Indonesia serta penduduk di dunia. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya perlestarian budaya dan lingkungan, manfaat nilai budaya dan
lingkungan dapat melampui batas-batas suatu negara.
Kata Kunci: Budaya; Konsep pembangunan; Ekonomi.
I. PENDAHULUAN
Nilai
budaya suatu bangsa terbentuk oleh prilaku masyarakat yang menjadi suatu
kebudayaan. Kebudayaan ada dan terwujudkarena adanya hubungan antara manusia
yang satu dengan lainnya, dalamhubungan tersebut timbullah cita-cita, perilaku,
dan hasil karya, kesemuanya inimewujudkan kebudayaan (Widyastini, 2012).Sosiokultural
yang terbentuk dalam kelembagaan sosial merupakan aspek penting dalam
pembangunan lestari (sustainable
development).Ide, sikap, perilaku, norma dan nilai (cognitive social
capital), gotong royongmerupakan bagian dari sosiokultural yang menjadiunsur
terbentuknya perilaku manusia dalam mengelola sumberdaya secara arif
sebagaimana tugas manusia sebagai khalifah.
Ahmad Azhar Basyir (1985) menegaskan bahwa segala sesuatu di
langit dan dibumi diciptakan untuk manusia guna memenuhi kebutuhan hidup
manusia sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran: �Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir�.(QS.al-Jatsiyah:13).
Dalam ayat tersebut ditegaskan, manusia diperintahkan untuk
berpikir sebagaimana Allah telah memberikan kemampuan untuk berpikir. Hendaknya
segala tindakan yang dilakukan merupakan pencerminan jiwa yang selalu dilandasi
kesadaran dan untuk kemaslahatan umat. Kepentingan untuk memenuhi keperluan
ekonomi sekarang maupun generasi akan datang dialokasikan secara seimbang
sehingga terhindar dari kerusakan dan kemusnahan. Hakekat kehidupan manusia
bagaimana dapat tercapainya kelangsungan kehidupan dari generasi kegerasi.
Sebagai khalifah, Manusia dituntut untuk mengolah dan menjaga
potensi alam demimemenuhi kebutuhan hidup. Pengelolaan potensi alam yang
diberikan Allah merupakan fardhu kifayah, karena tidak semua manusia memiliki
kemampuan memanfaatkan potensi alam. Menelantarkan potensi alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup berarti manusia telah mengabaikan fungsinyasebagai khalifah.
Dalam memenuhi fungsi tersebut, hendaknya tidak mengganggu keselamatan orang
lain dantidak berlebihan, agar potensi alam yang terbatas juga dapat dinikmati
generasi mendatang (Ahmad Azhar Basyir, 1985).
Perilaku pemanfaatan potensi alam secara berlebihan, tamak, rakus,
akan menimbulkan ancaman pada manusia itu sendiri. Allah telah memperingatkan hal
tersebut dalam (QS. Ruum: 41):�Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia�.Berdasarkan ayat tersebut,
pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia saat ini harus memperhatikan
kepentingan generasi mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi
alam tersebut.
Maksimalisasi fungsi pengaturan dan pengendalian dalam
sosiokultural diperlukan melalui penguatan kapasitas masyarakat agar lebih memahami
serta mengerti fungsi sistem nilai maupun norma dalam pengaturan perilaku.
Konsep ini muncul, karena pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan top down
lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan nilai
sosial budaya, sehingga menyebabkan memudarnya kearifan lokal danrusaknya
sumberdaya. Oleh karena itu, negara memerlukan konsep pembangunan ekonomi
secara syariah yang juga selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
Konsep komprehensif dalam Islam, institusi negara bersifat kolektif dalam
landasan moral dan syariah Islam. Konsep ukhuwah, tausiyah, dan khalifah
merupakan landasan pembangunan dalam institusi pemerintahan sebuah negara.
Kekuasaan, dalam hal ini pemerintah, berfungsi sebagai penjaga pondasi (asas)
tersebut(Metwally, 1995). Dari
uraian tersebut terdapat hubungan yang saling menguntungkan dan menguatkan.
Agama sebagai pondasi bagi negara dalammensejahterakan rakyat sementara negara
juga menjadi alat agama agar dakwahterlaksana secara benar dan efisien.
Masyarakat lebih mudah diorganisir atau
diatur berdasarkan ajaran Islam dibawah naungan negara. Pemerintah sebuah
negara dalam ajaran Islam memiliki tugas antara lain;pemungutan dan distribusi
zakat, pelarangan riba, serta implementasi hukum Islam. Al Qordhowi (1997),
menekankan pentingnya peran negara dalam efektivitas implementasi prinsip
syariah pada setiap sisi kehidupan.Keberadaan negara diharapkan dapat
memelihara dan mengembangkan risalah Islam, termasuk akidah dan tatanan, ibadah
dan akhlak, kehidupan, dan peradaban. Diharapkan semua sektor kehidupan manusia
dapat berjalan dengan seimbang dan harmoni secara materi dan rohani.
������������� Pengelolaan
sumber dayanegara memerlukan suatu sistem yang baik agar dapat mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 di Indonesia tertuang dalam Undang-undang Nomer 17 Tahun 2007, bahwa
pengelolaan tanah untuk kemakmuran rakyat yang adil dan sejahtera. Amanat
undang-undang tersebut dapat ditafsirkan bahwa penggunaan tanah untuk tujuan
pembangunan sama pentingnya dengan tetap dipertahankan keaslian fungsi alam.
Maka agar pilihan pemanfaatan kawasan itu efisien dan maslahah,diperlukan
valuasi ekonomi yang memperhitungkan unsur nilai budaya dalam suatu proyek
pembangunan.
Pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan pemukiman transmigrasi di hutan penyanggga Taman
Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Provinsi Jambi,didugaberdampak negatif terhadap
pariwisatabudaya adat Suku Anak Dalam (SAD). Kawasan TNBD merupakan perluasan� Cagar Biosfer Bukit Duabelas. Kawasan ini
merupakan� tanah adat sebagai
pengembaraan SAD (BKSDA 2004).
Budaya
hidup SAD, mengembara di dalam hutan dan menyatu dengan alam tanpa merusak
hutan. Budaya adat tersebut juga identik dengankonsep pelestarian dalam Islam.Mereka
menempatkan hutan sebagai simbol budaya adat. Seluruh keperluan hidup SADdan
barang budaya untuk keperluan upacara ritual (budayaadat) dipenuhi dari hasil
hutan. Jika meninggalpun mereka memerlukan hutan sebagai makam. Oleh karena
itu, kerusakan atau berkurangnya luas kawasan hutan menjadi faktor penyebab
kemerosotanbudaya adat. Budaya adat perspektif dari komunitas SAD ini dalam
konsep Total Economis Value (TEV) termasuk nilai guna tidak langsung (indirectuse values/IDUV).
Selain
sebagai hutan tinggal bagi SAD, kawasan hutan TNBD juga berfungsi sebagai
kawasan rekreasi budaya adat dan alam yang menantang. Rekreasi budaya adat
perspektif dari masyarakat pengguna termasuk nilai guna langsung (directuse values/DUV). Berdasarkan konsep TEV nilai ekonomi dampak negatif
pembangunan kelapa sawit terhadap budaya adat SAD terdiri dari DUV dan IDUV.
Kawasan
TNBD menyediakan berbagai aliran manfaat ekonomi lingkungan dan budayayang
tidak dapat di cupture oleh mekanisme
pasar biasa. Semua manfaat ini merupakan manfaat barang-barang tidak mempunyai
tanda harga pasar karena tidak mempunyai tanda eksplisit (seperti harga pasar)
untuk menggambarkan kepentingan ekonominya, pembangunan perkebunan kelapa sawit
di kawasan TNBD. Maka perlu memperhitungkan kerugian ekonomi atas
pembangunan tersebut.Perhitungan tersebut
melibatkan nilai guna langsung (directuse
values) dan nilai guna tidak langsung (indirectuse values)
yang berkaitan dengan pariwisata budaya.
Tujuan penelitian ini untuk
mengestimasi nilai kerugian ekonomi budaya adat SAD di kawasan pembangunan
kelapa sawit TNBD Provinsi Jambi. Secara spesifik penelitianini fokus pada
estimasi nilai ekonomibudaya adat SAD dari perspektif komunitas SAD dandari
masyarakat pengguna.Nilai budaya adat SAD yang diestimasi ini
hanyamenggambarkan nilai batas bawah.
Hasil
penelitian diharapkan dapatmenjadi bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan di
Indonesia apakah TNBD sebaiknyadikonservasisebagai obyek pariwisata budaya adat
atau dikonversi untuk alternatif kegunaan lain yang sejalan dengan arus
pembangunan di sekeliling TNBD.
II. METODE
PENELITIAN
Estimasi nilai ekonomi budaya adat SAD, terdiri dari nilai budaya adat
perspektif masyarakat pengguna dan perspektif masyarakat SAD sendiri.
A.
Pengukuran
Nilai Budaya Adat SAD Perspektif
Masyarakat Pengguna
Nilai budaya adat SAD
perspektif masyarakat pengguna diestimasi menggunakan pendekatan nilai rekreasi
budaya adat. Metode untuk menilai manfaat rekreasi dengan
Metode biaya perjalanan (TCM). Ulasan karya yang baik mengenahi TCM terdapat
dalam Fletcher, Adamowicz and Graham (1990). Penelitian terdahulu diantaranya,
lihat (Shuib 1991; Jamal et al., 1998; Jamal et al. 2004) dilaksanakan di
Malaysia. Di Indonesia diantaranya, Jamal Othman & Anggi Rahajeng (2009);
Bernard (2008).
����������� Nilai budaya
adat SAD perspektif masyarakat pengguna diestimasi dengan TCM. Harga pariwisata
(rekreasi) diestimasi dengan biayadatang dan kembalinya dari tempat tinggal
wisatawan ke kawasan wisata TNBD. Kurva permintaan rekreasipada Gambar 1,
dibentuk dengan model ekonometri menggunakan data jumlah kunjungan, biaya
perjalanan datang dan kembali sertasosio-ekonomi yang relevan. Manfaat rekreasi
budaya adat SAD dihitung berdasarkan luas dibawah kurva permintaan rekreasi,
sedangkan manfaat bersih consumer surplus
(CS) dihitung dibawah kurva permintaan rekreasi budaya adat SAD dan diatas
garis harga.
Gambar 1. Kurva permintaan
rekreasi
Sumber:
Binger & Hoffman (1990)
Kurva permintaan rekreasi adalah: LogVij = �(TCij,
Yi, Edi, Umi)
Dimana,��
Vij��������� = jumlah
kunjungan responden i ketempat rekreasi j dalam
setahun�
TCij���� = biaya
perjalanan responden i ketempat rekreasi j pergi balik
Yi�������� = pendapatan
responden sebulan
Edi����� = pendidikan
responden
Umi������ = umur
responden
J���������� = Kawasan rekreasi
(TNBD)
Kurva permintaan rekreasi diestimasi dengan model OLS. Dimana �adalah kesediaan
berkunjung,TC* adalah rata-rata biaya perjalanan setiap pengunjung. Jika biaya
perjalanan sebanyak (TC**), maka jumlah kunjungan setahun () akan mendekatinol (0). Jumlah manfaat rekreasi adalah
kawasan A + B, sedangkan B menggambarkan manfaat bersih atau surplus manfaat
yang diperoleh responden dari jasa rekreasi. Surplus konsumen setiap pengunjung
untuk kurva permintaan model semi-log
variabel terikat, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus: seperti juga pernah digunakanJamal et.al (2004); Gum dan
Martin (1975); dan Hanley (1989).
Pengagregatan
nilai rekreasi budaya adat SAD dihitung dari jumlah (CS) per individu per
kunjungan dikalikan dengan estimasi kedatangan wisatawan. Selanjutnya nilai
rekreasi budaya adat SAD perspektif masyarakat penggunadirectuse
values dihitung dengan rumus berikut:
NPVr =
Dimana:
CS |
= |
surplus konsumen
per individu per kunjungan |
|
= |
estimasi
kedatangan wisatawan tahun t |
i |
= |
diskon faktor |
t |
= |
waktu |
n |
= |
25 (sesuai umur
proyek) |
B.
Pengukuran Nilai Budaya Adat SAD
Perspektif Masyarakat SAD
Nilai budaya SAD perspektif masyarakat SAD
diestimasi menggunakan pendekatan nilai bunga untuk upacara adat. Nilai
tersebut diestimasi dengan menggunakan CVM. Format CVM yang digunakan adalah
format pertanyaan terbuka. Budaya upacara adat secara tidak langsung mempunyai
hubungan dengan pelestarian hutan. Hal ini dikarenakan, bunga untuk keperluan
upacara adat harus yang dipetik dan tumbuh di hutan. Oleh karena itu, komunitas
SAD akan mengalami degradasi budaya jika hutan dikonversi untuk pembangunan
perkebunan kelapa sawit. Dampak negatif bagi nilai budaya upacara adat SAD
menjadi unsur biaya pembangunan perkebunan kelapa sawit di TNBD.
Dasar teori CV pada penelitian ini adalah ukuran
kesejahteraan lebihan setara (WTPES). Nilai Budaya Adat SAD
diasumsikan bahwa seseorang dengan utilitas Budaya Adat� yang dilambangkan X dan kualitas kawasan
hutan dinotasikan Z.� Perhatikan Gambar
2, Diasumsikan rumah tangga awalnya di titik A pada utilitas U0.
Garis anggaran M adalah konstan, menyiratkan bahwa anggaran individu tidak
dipengaruhi oleh perubahan di Z, variabel non-harga. Kemerosotan Budaya Adat
SAD (perubahan kualitas) atas perubahan kebijakan penggunaan sebagian kawasan
hutan nampak pada pergeseran ke titik B pada tingkat utilitas lebih rendah (U1).
Asumsi rumah tangga memiliki hak untuk tetap
mempertahankan jumlah kualitas awal barang budaya (Z), maka untuk memastikan
bahwa Z0 dipertahankan, maka sejumlah penghasilan tertentu (WTPES)
perlu diambil dari M0 untuk memungkinkan individu tetap pada tingkat
kualitas awal tetapi pada utilitas baru (U1). Individu akan pindah
di titik D dengan utilitas tetap sama di posisi B. Secara matematik fungsi
utilitas tidak langsung WTPES adalah sebagai berikut:
Dimana M0 adalah tingkat pendapatan awal, Z0
dan Z1 mewakili berbagai set atribut budaya (Z0 menjadi
himpunan atribut sebelum perubahan kebijakan), dan X merupakan barang-barang
lain dipasarkan.Studi dengan mengambil kasus Budaya
Adat SAD di TNBDseluas 60.500 hektar. Kawasan TNBD merupakan kawasan hutan
yang dikonservasi sebagai pelestarian budaya adat SAD di Indonesia. Degradasi
terjadi akibat aktivitas manusia seperti penyerobatan kawasan hutan untuk alih
fungsi perkebunan sawit.
Gambar 2. Perubahan
Kesejahteraan WTPES
Sumber:
Freeman (1994)
Pasar hipotetik untuk mendapatkan nilai WTP adalah
sebagai berikut; SAD� ditawari kawasan
lain sebagai pengganti kawasan memungut bunga ritual dengan kualitas yang sama
tetapi harus masuk ke dalam hutan yang lebih dalam selama 25 tahun. Untuk
sampai di kawasan tersebut dari tempat tinggalnya mereka mempunyai variasi
jarak yang berbeda. Sehingga diperlukan waktu yang berbeda untuk memungut bunga
ritual ke tempat tersebut. Tambahan waktu untuk memperoleh bunga ritual
tersebut sebagai proksi nilai WTP pelestarian budaya adat.
Mean WTP nilai budaya
adat SAD format CV setahun dihitung dengan rumus sebagai berikut:
��������� ���������������������������������������������������������������������������������������
dimana:
�=rata-rata kesediaan
melestarikan budaya adat SAD format CV per
���� tahun/keluarga
��������� h������������ � = tambahan hari memungut bunga ritual setiap
kali upacara adat,
��������� k����������� � = kekerapan menjalankan upacara adat setahun,
������������������������������������� Up �������� ��= upah kerja
sehari pekerja kasar di kawasan studi.
Pengagregatan nilai budaya adat SAD perspektif dari
masyarakat SAD model CVM format open-ended questions dihitung dengan
rumus berikut:
��������� ��������������������������������������������������������������
dimana :
PVbunga |
= |
Agregat Nilai
Sekarang budaya adat SAD |
|
= |
Mean WTP |
P0 |
= |
Populasi
keluarga tahun ke 0 |
Ptb |
= |
Pertumbuhan
populasi keluarga SAD |
Prm |
= |
Prosentase
keluarga SAD masih menjalankan adat dan bersedia mencari bunga ritual di
kawasan lain/lebih jauhdari kawasan lama |
t |
= |
waktu, T=25 |
R |
= |
Faktor diskun |
C.
EstimasiFungsi WTP Berdasarkan Model CV Fomat Open-Ended
Questions
Estimasi fungsi
kesediaan melestarian budaya adat dipengaruhi oleh jumlah melaksanakan budaya
adat setiap tahun, usia, dan pendapatan.Untuk menguji hubungan antarvariabel
terikat dengan variabel bebasdalam model ini menggunakan regresi.� Model regresi tersebut seperti berikut:
Keterangan
mengenai variabel terikat dan vaiabel bebas serta ciri data dalam model OLS
adalah seperti berikut:
Tabel 1. Variabel terikat dan vaiabel
bebas serta ciri data dalam model OLS
Variabel |
Simbul |
Skala |
|
|
|
Nilai kesediaan
melestarikan budaya adat SAD CV format open-ended questions Jumlah melakukan
upacara budaya
adat/tahun Usia Pendapatan |
WTPbunga Kemua Us Pdpt |
Ratio Ratio Ratio Ratio |
|
|
|
D. Prosedur Persampelan
Sampel
dikelompokkan dalam dua kelompok sampel yang mewakili populasi masyarakat
pengguna rekreasi budaya adat sebanyak 400 responden, sampel yang mewakili
masyarakat SAD sendiri sebanyak 112 responden. Pemilihan responden secara
randomdenganpenekanan agar tidak terjadi perhitungan dua kali terhadapkeluarga
yang sama.Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Estimasi NPV
hasil penelitian mengunakan diskaun faktor 2%, 8% dan 15%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Masyarakat Pengguna Rekreasi Budaya Adat SAD
Dari 400 orang
responden, terdiri� dari 85% lelaki dan 15% wanita. Dari segi
usia;yang berusia antara 17- 30 tahun merupakan kelompok remaja sebanyak 10,3%,
sedangkan pengunjung berusia 31-43 tahun merupakan kelompok usia tengah baya
sebanyak 58,3%, dan pengunjung usia diatas 43 tahun sebanyak. Sebanyak 58,2%
dariresponden masih bujang dan 41,8% sudah menikah.
����������� Pendidikan
responden 53,5% berpendidikan Perguruan Tinggi. Berpendidikan Sekolah Dasarsebanyak5,8%; SLTP 5,3%; sedangkan
35,5%berpendidikanSLTA. Ini bermakna bahwa kawasan rekreasi tersebut lebih
diminati wisatawan berpendidikan menengah keatas. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya juga didorong oleh
tingkat pendidikan masyarakat itu sendidri. Semakin tinggi pendidikan seseorang
mempengaruhi cara berpikir dan penghayatan mencintai nilai-nilai budaya.
Kecintaan kepada nilai-nilai budaya ini mendorong seseorang memilih rekreasi ke
kawasan budaya.�
Pendapatan responden dalam sebulan per-kepala keluarga antara
Rp1juta � Rp2,5juta sebanyak6%, antara Rp2,5juta-Rp4jutaadalah 58,3%dan
berpendapatan lebih dari Rp4juta adalah 35,8%. Rata-rata pendapatanresponden
per-bulan Rp3juta per-kepala keluarga, atau sebesar Rp0,9juta per individu
dengan kata lain, rata-rata responden adalah kalangan yang berpendapatan
menengah keatas. Kawasan rekreasi ini sesuai untuk masyarakat yang memiliki
jiwa budaya dan menyukai kawasan alam menantang.
Kawasan TNBD memiliki keunikan budaya adat SAD, menarik bagi
masyarakatyang berkeinginanmengetahui gaya hidup dan cara hidup SAD,serta
kondisi alam yang alami.� Budaya adat
alam pernikahan sangat menarik, karena mempelai lelaki harus dapat
mempersembahkan seratus jenis bunga tertentu yang tumbuh di hutan. Kurangnya
satu jenis bunga, pernikahan tidak boleh dijalankan, karena berdasar
kepercayaan mereka, dewa dewi tidak mau datang dan memberi restu pernikahan.
Rata-rata biaya perjalanan adalah sekitar
dua puluh satu ribu.Tanggapanresponden terhadap kawasan wisatabudaya adat SAD;
sebanyak 1,40% menyatakan tidak berkesan. Pengunjung yang menyatakan netral
sebanyak 65,73%. Sedangkan yang menyatakan tertarik wisata budaya adat SAD
sebanyak 32,87%.
B. Analisis ekonometri TCM
Estimasi fungsi permintaan
kunjungan wisata budaya adat SAD menggunakan regresisemi-log. Hasil regresi
semi-log permintaan rekreasi budaya adat SAD seperti dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 2. Hasil� regresi
spesifikasi semi-log variabel terikat permintaan kunjungan wisata budaya adat
SAD
Pembolehubah |
Pekali |
Statistik �t� |
VIF |
TC Y Us Ed Konstan |
-0.000043 0.041 -0.003 -0.093 1.290 |
-23.757*** 2.523** 1.944* -6.566*** 10.684*** |
1.853 1.039 1.259 1.598 |
Statistik R2 Adjusted R2 Statistik D-W Statistik F CI Sampel (n) |
0.738 0.735 1.296 249.359*** 20.046 359 |
|
|
Variabel terikat: LnV
Catatan:� VIF = Variance Inflation Factors, Statistik
D-W = Durbin-Watson, CI = Condition Index, Jumlah sampel (n) 400, data rusak
tidak dianalisis 41, data dianalisis 359.
*����
Signifiken pada aras keertian 0.1
**��
Signifiken pada aras keertian 0.05
*** Signifiken pada aras keertian 0.01
Statistik F spesifikasi model� ini signifikan pada α 1%. Statistik R2
merupakan indeks yang menerangkan variasi kunjungan yang dapat diterangkan oleh
variabel bebas. Secara umum statistik R2 dapat menerangkan 73.5%
variasi kunjungan. Model ini juga tidak mengalami masalah kolinearitas yang
serius berdasarkan statistik �Condition Index � CI�. Model juga tidak mengalami
masalah autokorelasi yang serius berdasarkan testDurbin-Watson (D.W) [1].
VariabelTC
(biaya perjalanan pergi balik ke TNBD) berhubungan negatif dengan kekerapan
kunjungan dan signifiken pada α 1%. Koefisien regresi ini menunjukkan
peningkatan biaya perjalan ke objek penelitian, maka kekerapan rekreasi ke
kawasan tersebut semakin berkurangan. Variabel pendapatan (Y) berhubungan positif kunjungan dan signifikan pada α 5%.
Variabel usia (Us) berhubungan
positif dengan kekerapan rekreasi dan signifikan pada α 10%. Variabel
pendidikan (Ed) berhubungan negatif
dengan kekerapan rekreasi dan signifikan pada α 1%.
C. C.Estimasi Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Agregat
Rekreasi Budaya Adat SAD
Menggunakan rumus Gum dan Martin (1975) dan Hanley (1989), surplus
konsumen (CS) adalah Rp86.206,90 per responden. Untuk mendapatkan nilai manfaat
bersih bagi setiap individu setiap kunjungan, nilai surplus konsumen setiap
responden dibagi dengan rata-rata jumlah kelompok responden adalah 5,2 orang.
Dengan menggunakan estimasi surplus konsumen dari model semi-log, manfaat
bersih dihitung sebanyak Rp16.578,25
per individu per kunjungan.
Surplus
konsumen (CS) dari spesifikasi linear diestimasi sebesar Rp 60.916,67 per
responden. Untuk
mendapatkan nilai manfaat bersih per individu setiap kunjungan, nilai surplus
konsumen setiap responden dibagi dengan rata-rata jumlah kelompok sebanyak 5,2
orang. Dengan menggunakan estimasi surplus konsumen dari model semi-log,
manfaat bersih dihitung sebanyak Rp11.714,74 per individu per
kunjungan.
Nilai
surplus konsumen yang kecil ini adalah dapat dibandingkan dengan penelitian
yang dilaksanakan Jamal et al. (2004) di Taman Pertanian Shah Alam Malaysia.
Mereka memperoleh estimasi surplus konsumen sebesar Rp11.691,00 per pengunjung.
Sementara penelitian Willis, Garrod dan Chee (1996) untuk jasa rekreasi hutan
penelitian yang dilakukan di Semenanjung Malaysia, mereka memperoleh estimasi
surplus konsumenantara Rp 8.100,00 - Rp13.500,00 untuk setiap pengunjungnya.
Nilai yang rendah ini karena rekreasi sumber hutan adalah barang biasa, dari
segi penawaran tidak menghadapai masalah kelangkaan (scarcity) dan mudah mendapatkannya.
Pengagregatan nilai rekreasi budaya adat SAD diperoleh
dengan mengalikan surplus konsumen per pengunjung dengan proyeksi kedatangan
wisatawan selama umur projek. Untuk mendapatkan nilai agregat rekreasi budaya
adat SAD dalam setahun, surplus konsumen per pengunjung dikalikandengan jumlah
kedatangan wisatawan.Agregat nilai rekreasi budaya adat perspektif dari
masyarakat pengguna antara Rp1.734,4 juta � Rp7.866,4 juta tergantung tingkat
diskaun yang digunakan.
D.
Profil Responden Suku Anak Dalam (SAD)
Usia responden,
terdiri dari� 68,8% responden kalangan
berusia antara 25 sehingga 43,5 tahun dan 31,3% responden dari kalangan usia
43,5 tahun lebih,pekerjaan responden sebagian besar berburu dan memungut hasil
hutan sebanyak 92,9%, yang bekerja sebagai buruh adalah 5,4% dan yang berladang
1,8%.Pendapatan keluarga responden sebulan kurang dari Rp1 juta sebanyak 79,5%,
yang berpendapatan antara Rp1 juta � Rp 4 juta sebanyak 18,8%, selebihnya 1,8%
berpenghasilan diatas Rp 4 juta.
Keseluruhan
responden SAD yang masih mempertahankan budaya adat secara utuh. Frekuensi
responden dalam menjalankan upacara adat (budaya adat SAD) selama satu tahun
lalu adalah; 34,8% responden menjalankan dua kali saja, 22,3% menjalankan tiga
kali, 33,9%menjalankan empat kali dan 8,9% responden menyatakan menjalankan
upacara budaya adat lima kali dalam setahun yang lalu.
Dari 112 responden
SAD yang diwawancarai menyampaikan, bahwa tambahan waktu pergi danbalik untuk
memungut bunga ritual setiap kali pungut rata-rata 3,2057 hari, dengan waktu
minimum 1,80 hari dan maksimum 4,65 hari. Mean
WTP SAD melestarikan budaya upacara adat adalah sebesar Rp976,49 per tahun per
keluarga. Nilai budaya SAD perspektif dari SAD sendiri antaraRp2.783 juta �
Rp9.241 juta tergantung diskun yang digunakan. Maka total nilai budaya adat SAD
dampak pembangunan sawit adalah jumlah use
value dan non-use value antara
Rp4.517 juta � Rp17.241 jutatergantung diskon yang digunakan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan model TCM perspektif lower bound estimation penelitian ini mengestimasi� nilai rekreasi budaya adat SAD antara Rp1.734,4 juta �
Rp7.866,4 juta� tergantung diskon faktor
yang digunakan. Berdasarkan model CVM pertanyaan terbuka nilai budaya adat SAD
perspektif dari SAD sendiri diestimasi sebesar Rp2.783 juta � Rp9.241 juta
tergantung diskon faktor yang digunakan. Total nilai kerugian ekonomi, dampak
dari pembangunan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan penyangga TNBD
Provinsi Jambi antara Rp4.517,4 juta � Rp17.107,4 juta tergantung faktor diskon
yang digunakan.
Nilai ini membentuk biaya� pengorbanan atau kehilangan manfaat budaya adat SAD dari perspektif
masyarakat pengguna dan komunitas SAD sekiranya TNBD dikonversi untuk kegunaan
lain. Oleh karena nilai agregat ini berfungsi pada jumlah keluarga serta
kesediaan SAD untuk melestarikan budaya adat mereka , maka pertambahan pada
jumlah keluarga (KK) serta peningkatan WTP akan meningkatkan nilai dampak
negatif. Sebaliknya nilai dampak negatif dapat berkurang sekiranya
jumlahkeluarga dan WTP SAD untuk melestarikan budaya adat berkurang.
Sumber dana
diperoleh pihak management TNBD hanya dari tiket masuk, perlu sumber pembiayaan
lain yang imperaktif untuk menambah dana pengelolaan sekiranya terdapat rencana
pembangunan Taman Nasional. Pengeloalaan TNBD pada swasta atau BUMN adalah
disarankan.
Peneliti
berpendapat bahwa TNBD patut dilestarikan untuk melindungi budaya adat SAD.
Walaupun penelitian ini tidak mendapati nilai budaya adat SAD di TNBD yang
tinggi, SAD adalah salah satu dari suku bangsa Indonesia yang memiliki hak sama
seperti suku yang lain. Dalam ajaran Islam, manusia memiliki hak yang sama, letak perbedaan manusia di sisi Allah, adalah pada takwa
dan amal shalih sebagaimana firman Allahsebagai berikut: �Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal�.(QS. Al Hujuraat: 13)
TNBD dengan
keunikan adat budaya SAD dapat berpotensi menjadi tujuan wisatawan eko-budaya
yang maju dalam negara sehingga mancanegara.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir, 1985, Citra
Manusia Muslim, Fakultas Hukum UII, Yogyakarta.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Jambi. 2004. Taman Nasional Bukit Duabelas. Rencana Pengelolaan 2005
-2029. Jambi, Indonesia.
Binger, B.R., Hoffman, E. 1998. Mikroeconomics With Calculus. New York:
Addison-Wesley.
Bernard Hasibuan. 2008. Analisis Nilai
Rekreasi Kawasan Pelancongan Puncak Indonesia. Tesis. Program Doktor Falsafah
Ekonomi Fakulti Ekonomi dan Perniagaan Universiti Kebangsaan Malaysia.
BPS.2009. Beberapa Indikator Penting
Sosial Ekonomi Indonesia.
Fletcher, J.,Adamowicz,W.&Graham-Tomasi,T. 1990. The Travel Cost Model
of Recreation Demand: Theoritical and Empirical Issues. Leisure Science. 12:119-147
Gum, R. L. & Martin, W. E. 1975.
Problems and solutions in estimating the demand for and value of rural outdoor
recreation. American Journal of Agricultural Economics 57: 558-566.
Gujarati, D. N. 2003. Basic econometric. New York:
McGraw-Hill.
Hanley, N. D. 1989. Valuing rural
recreation benefits: an empirical comparison of two approach. Journal of
Agricultural Economics . 40: 361-374.
Jamal Othman & Anggi Rahajeng.
2009. Economic Valuation of Recreational Attributes: Case of Nature and
Culture-Based Tourism In Malaysia and Indonesia. Jurnal of Torism and Hotels, Fayoum University, Egypt. Vol 4, No 1:
45-57.
Jamal Othman & Redzuan Othman, 1998.Economic benefits of wetlands
biodiversity: Case of fireflies recreation. Tropical
Biodiversity 5 (1), 65-74
Jamal Othman, 2000. Economic benefits of wetlands-based recreation: Case of
Kuala Selangor fireflies and nature park. Malaysian
Journal of Environmenral Management. (1). 41-54.
Jamal. 2001. Estimating non-use values
of environmental resources using. contingent valuation: case of Matang
Mangroves. Dlm. Jamaluddin Jahi (pnyt.) Environmental management 2000,
hlm. 214�222. Universiti Kebangsaan Malaysia: Center for Graduate Studies.
Jamal Othman.,Basri Abadul Talib.,Redzuan Othman., 2004. Nilai Ekonomi
Khidmat Rekreasi Taman Pertanian Malaysia, Shah Alam. IJMS 11 (1), 165-179
KKI WARSI, 2004. Laporan pendataan Suku Anak Dalam (Orang Rimbo), Jambi Indnesia.
Mitchell, R. & Carson, R. 1989. Using
surveys to value public goods: the contingent valuation method. Washington,
D. C: Resources for the Future.
Metwally. 1995. Teori dan Model
Ekonomi Islam. Jakarta : PT. Bangkit Daya Insana.
NOAA. 1993 Report of the NOAA panel
on contingent valuation, National Oceanic and Atmospheric Administration,
Fed. Reg. 58: 4601 - 14 f
Poster, L and Lee, J. 1998b. Oil Palm
in Indonesia: its role in forest conversion and the fires of 1997/98. A report
for WWF Indonesia Programme, Jakarta , Indonesia.
Freeman
III, A.M. 1994. The measurement of
environmental and resource values: theory and methods. Washington, D.C.:
Resource for the Future.
Qardhawi,
Yusuf. 1997. Daurul Qiyam wa al-Akhlak fi al-Iqtishad al-Islami (PeranNilai
dan Moral dalam Perekonomian Islam), terj. Didin Hafidhuddin et al.,
Jakarta, Robbani Press
Suib, A.,1991. Effects of time cost on recreational benefit estimation. Malaysian Journal of Environmental Economics
and Management. (23):101-122.
Willis,K., Garrod,G & Chee T. 1996. Valuation and analysis of consumer
demand for forest recreation areas in Peninsula Malaysia. In S.Lee, D. May,
I.Gauld and J. Bishop (Eds). Conservation,
Mangement and Development of forest Resource. Proceedings of the
Malaysia-UK Programme Workshop. Forest Research Institute Malaysia.
Widyastini. 2012. Nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia. Jurnal
Filsafat UGM. http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/46/42
diakses 11/3/2012.
[1]D.W kurang daripada satu
atau melebihi tiga menunjukkan wujud masalah autokorelasi yang serius (Gujarati
2003).