Main Article Content

Abstract

Kehadiran telur cacing parasit di lingkungan menjadi perhatian sejak badan kesehatan dunia (WHO) mempublikasikan versi baru dari Pedoman untuk Penggunaan Kembali Air Limbah, Materi Fekal, dan Greywater untuk Pertanian dan Perairan tahun 2006 yang menjadikan telur cacing parasit sebagai polutan yang perlu mendapat perhatian. Batas ekuivalen telur cacing dalam lumpur adalah kurang dari 1 telur/gram total solid (TS). Telur cacing parasit, khususnya nematode Ascaris spp., menjadi ancaman dalam pemanfaatan air limbah dan lumpur sebagai produk sampingan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) karena sifatnya yang resisten menyebabkan waktu ketahanan telur cacing lebih panjang dibandingkan mikroorganisme lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah telur cacing Ascaris spp. pada air limbah dan lumpur IPALD. Sampel air limbah dan lumpur diambil dari kolam anaerobic, fakultatif, dan maturasi IPAL Bojongsoang, Bandung. Metode deteksi dan kuantifikasi menggunakan prinsip pencucian, flotasi dan sedimentasi. Hasil penelitian ini adalah ditemukan telur cacing Ascaris spp. baik bentuk fertile maupun infertile di semua sampel dengan jumlah telur fertile lebih banyak dibandingkan bentuk infertile. Pada lumpur kolam anaerobic, fakultatif, dan maturasi jumlah telur Ascaris spp. fertile berturut-turut adalah 202, 40, dan 39 telur/gram sedangkan telur Ascaris spp. infertile adalah 82, 22, dan 27 telur/gram. Pada air inlet, kolam anaerobic, fakultatif, dan maturasi jumlah telur Ascaris spp. fertile  berturut-turut adalah 3662, 1187, 613, dan 342 telur/liter sedangkan telur Ascaris spp. infertile adalah 1227, 333, 240, dan 280 telur/liter. Jumlah ini menunjukkan resiko tinggi pencemaran badan air dan daerah pertanian serta ancaman bagi kesehatan masyarakat di sekitar IPAL.

Article Details

Author Biography

Barti Setiani Muntalif, Program Studi Teknik Lingkungan,Institut Teknologi Bandung, Bandung

Program Studi Teknik Lingkungan