Main Article Content
Abstract
Perubahan paradigma pengolahan air limbah yang menjadikan limbah sebagai sumberdaya membawa konsekuensi pada strategi pengolahan limbah yang harus dilakukan. Salah satu strategi adalah dengan menggunakan teknologi pengolahan air limbah menggunakan biomassa granular aerobik (Granular Aerobic Sludge, GAS) yang mempunyai kelebihan dalam beberapa hal dibandingkan dengan pengolahan air limbah dengan lumpur aktif konvensional. Penelitian yang dilakukan sebagaian besar menggunakan reaktor dalam mode operasi sequencing batch dan masih sedikit yang menggunakan mode operasi kontinu. Makalah ini mengkaji penggunaan reaktor kontinu dengan menggunakan GAS. Kajian dilakukan dengan penelusuran literatur. Hasil penelusuran literatur meunjukkan, mode operasi kontinu sudah dicoba sejak awal tahun 2000. Strategi untuk pembentukan GAS pada rektor kontinu yang dilakukan adalah dengan menambahkan inti presipitat dan memodifikasi reaktor konvensional. Apabila dibandingkan dengan penggunaan reaktor dengan mode operasi sequencing batch, maka mode operasi kontinu ini belum banyak dikembangkan, dan cenderung menghasilkan GAS dengan kualitas yang lebih rendah. Dengan demikian ruang untuk pengembangan reaktor untuk GAS pada mode operasi kontinu masih cukup luas.
Keywords
biomassa granular aerobik
reaktor kontinu
Article Details
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).