Main Article Content

Abstract

Melayu sebagai bangsa yang melahirkan peradaban di wilayah Asia Tenggara tidak menjadi satu-satunya bangsa yang memiliki peran berkembang Islam di wilayah ini, etnis lain seperti Creole, Arab, Turki, Persia, Pathan, Mogul Bengalis, dan Indo-Mongoloid memiliki peran tersebut. Akulturasi yang terjadi memunculkan berbagai macam pemahaman keagamaan yang berkembang di wilayah Islam Asia Tenggara, keberkembangan pemahaman agama memunculkan perbedaan dalam bidang teologi, fiqih dan tasawuf. Perbedaan yang muncul tidak lantas mengurangi esensi dari ketiga pemahaman keagamaaan tersebut. Tulisan ini mencoba mengurai perjalanan masuknya Islam sebagai sebuah tataran keagamaan yang mengedepan kesalehan sosial, dengan berlandaskan ajaran ketauhidan yang dicerminkan melalui al-Quran dan al-Hadits melalui rentang waktu yang didasari kepada masuknya mazhab fiqih, mazhab kalam, dan mazhab tasawwuf. Fiqih Syafi’i menjadi dominan dalam ruang lingkup peribadatan bagi sebagian besar populasi muslim di kawasan Asia Tenggara, teologi Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah muncul sebagai doktrin yang tidak terpisahkan dengan ritualitas Ke-Tauhid-an bangsa melayu sebagai mayoritas penganut aliran kalam, walaupun tidak menafikan adanya aliran lain. Tarekat sebagai bagian terakhir yang menjadi identitas Islam di Asia Tenggara dalam ruang lingkup tasawuf di warnai oleh berbagai macam aliran. Tarekat yang mempengaruhi Islam Asia Tenggara diwakili oleh sembilan kelompk tarekat yaitu: Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah, Rifa’iyyah, Syadzliyyah, Chistiyyah, Syattariyyah, Ahmadiyyah Idrisiyyah, Tijaniyyah dan ‘Alawiyyah.

Article Details

How to Cite
Fadhly, F. (2018). Pemahaman Keagamaan Islam di Asia Tenggara Abad XIII-XX. Millah: Journal of Religious Studies, 18(1), 51–78. https://doi.org/10.20885/millah.vol18.iss1.art4