Main Article Content
Abstract
Tujuan - Perkuliahan dengan metode 21H berupaya memperluas interaksi antara dosen dan mahasiswa di tengah Pandemi Covid-19. Metode 21H bermakna 1) upload materi “2” hari sebelum tatap muka untuk dipelajari terlebih dahulu, 2) “1” hari sebelum pertemuan dibuka sesi diskusi terkait materi yang telah diupload, dan 3) “H” adalah hari pertemuan untuk dipaparkan dan didiskusikan secara langsung disertai kuis online untuk memastikan pemahaman mahasiswa.
Desain/metode– untuk melihat efektivitas pembelajaran, komponen penilaian melibatkan nilai kuis online, tugas-tugas dan ujian. Total terdapat 263 mahasiswa dari 7 paralel mata kuliah Kewirausahaan Syariah lintas program studi (Prodi S1 Manajemen dan Ilmu Komunikasi UII). Mahasiswa ini memiliki latar belakang keluarga pebisnis (17,3%) dan sudah memiliki usaha rintisan sendiri (23,1%). Di akhir semester dilakukan evaluasi pembelajaran perspektif mahasiswa dengan penyebaran kuesioner dengan metode convenience sampling dan didapatkan 208 responden (turn rate 79,1%).
Hasil/Temuan –Proses pembelajaran ini mendapatkan hasil yaitu; 1) nilai rata-rata dari 7 kelas paralel didapatkan nilai 79,6 (melebihi target dari 75); 2) pembelajaran dengan Zoom saat tatap mulai dinilai paling efektif (61,2%); 3) mahasiswa mayoritas merasa nyaman (39,2%) dan cukup nyaman (46,9%) dengan komunikasi secara elektronik; 4) metode 21H dengan aplikasinya dianggap berkontribusi dalam interaksi dan konsentrasi dalam pembelajaran (98,5%).
Keterbatasan - Keterbatasan yang sering ditemui yaitu akibat akses internet yang tidak terlalu bagus (61,2%), instruksi dianggap tidak jelas (23,4%), dan mahasiswa merasa lebih termotivasi dengan pembelajaran langsung daripada secara online (91,9%).
Saran - Sebagai pengembangan ke depan bahwa masing-masing pihak harus memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam perkuliahan online, dan tetap ada sekian persen untuk tatap muka offline meskipun pembelajaran online telah berupaya dengan banyaknya aplikasi dan waktu lebih dalam interaksi pembelajaran.
Implikasi praktis- Dari proses pembelajaran ini memiliki implikasi praktis di mana yang menjadi pemicu aktif belajar secara online adalah kesadaran dan keaktifan mahasiswa banyak dipicu dengan sarana pembelajaran, akses internet yang lancar, juga materi yang harus disampaikan baik lisan maupun tertulis dengan bahasa yang mudah dimengerti berikut instruksi dalam pemberian tugas. Hal ini akan banyak membantu pengajar dalam menyampaikan materi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa pun memiliki beberapa alternatif langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa pun memiliki beberapa alternatif dalam mengakses materi perkuliahan untuk mengantisipasi keterbatasan yang ada.
Desain/metode– untuk melihat efektivitas pembelajaran, komponen penilaian melibatkan nilai kuis online, tugas-tugas dan ujian. Total terdapat 263 mahasiswa dari 7 paralel mata kuliah Kewirausahaan Syariah lintas program studi (Prodi S1 Manajemen dan Ilmu Komunikasi UII). Mahasiswa ini memiliki latar belakang keluarga pebisnis (17,3%) dan sudah memiliki usaha rintisan sendiri (23,1%). Di akhir semester dilakukan evaluasi pembelajaran perspektif mahasiswa dengan penyebaran kuesioner dengan metode convenience sampling dan didapatkan 208 responden (turn rate 79,1%).
Hasil/Temuan –Proses pembelajaran ini mendapatkan hasil yaitu; 1) nilai rata-rata dari 7 kelas paralel didapatkan nilai 79,6 (melebihi target dari 75); 2) pembelajaran dengan Zoom saat tatap mulai dinilai paling efektif (61,2%); 3) mahasiswa mayoritas merasa nyaman (39,2%) dan cukup nyaman (46,9%) dengan komunikasi secara elektronik; 4) metode 21H dengan aplikasinya dianggap berkontribusi dalam interaksi dan konsentrasi dalam pembelajaran (98,5%).
Keterbatasan - Keterbatasan yang sering ditemui yaitu akibat akses internet yang tidak terlalu bagus (61,2%), instruksi dianggap tidak jelas (23,4%), dan mahasiswa merasa lebih termotivasi dengan pembelajaran langsung daripada secara online (91,9%).
Saran - Sebagai pengembangan ke depan bahwa masing-masing pihak harus memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam perkuliahan online, dan tetap ada sekian persen untuk tatap muka offline meskipun pembelajaran online telah berupaya dengan banyaknya aplikasi dan waktu lebih dalam interaksi pembelajaran.
Implikasi praktis- Dari proses pembelajaran ini memiliki implikasi praktis di mana yang menjadi pemicu aktif belajar secara online adalah kesadaran dan keaktifan mahasiswa banyak dipicu dengan sarana pembelajaran, akses internet yang lancar, juga materi yang harus disampaikan baik lisan maupun tertulis dengan bahasa yang mudah dimengerti berikut instruksi dalam pemberian tugas. Hal ini akan banyak membantu pengajar dalam menyampaikan materi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa pun memiliki beberapa alternatif langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa pun memiliki beberapa alternatif dalam mengakses materi perkuliahan untuk mengantisipasi keterbatasan yang ada.