Main Article Content
Abstract
Perkembangan teknologi dan sistem informasi di Indonesia saaat ini tidak hanya dimanfaatkan oleh
dunia industri tetapi juga dimanfaatkan oleh pemerintah dalam melakukan perannya menjalankan
pemerintahan. Tetapi sayang fenomena yang terjadi adalah investasi yang besar di bidang TI dan SI seringkali
tidak dibarengi dengan manfaat yang diperoleh oleh pemerintah (enterprise). Salah satu penyebabnya adalah
pembangunan sistem informasi dilakukan tanpa membuat cetak biru enterprise terlebih dahulu sebagai
landasan bagi pengembangan sistem informasi. Sehingga dengan perkembangan enterprise yang semakin
komplek mengharuskan enterprise tersebut melakukan kustomisasi terus-menerus terhadap sistem informasi
yang telah dibangun yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Duplikasi sistem informasi, tidak
adanya integrasi sistem informasi yang satu dengan yang lain, plaftform yang berbeda antar tiap sistem
informasi juga menjadi faktor penyebab kegagalan suatu enterprise mendapatkan manfaat yang optimal dari
pengunaan TI dan SI.
Suatu enterprise yang tumbuh dan menjadi lebih kompleks membuat management melakukan permintaan
yang semakin besar terhadap fungsi sistem informasi. Mereka membutuhkan untuk dapat melakukan akses
terhadap data kapanpun dan dimanapun dengan mudah, akurat dan konsisten di seluruh departemen, sistem
informasi yang cepat mengikuti perubahan kondisi bisnis, dan dapat melakukan sharing data antar tiap
departemen. Karena itu suatu cetak biru dari enterprise menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun
sebagai landasan dalam memanfaatkan IT dan SI yang digunakan untuk mencapai tujuan bisnis enterprise
dengan menghasilkan informasi yang berkualitas. Kualitas ini harus direncanakan.
Perencanaan Arsitektur Enterprise merupakan pendekatan yang modern untuk melakukan perencanaan
terhadap kualitas data dan mencapai misi SI dan merupakan proses dalam mendefinisikan sejumlah arsitektur
untuk mengunakan informasi dalam mendukung bisnis dan rencana untuk mengimplementasikan arsitektur
tersebut. Dari definisi diatas ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Arsitektur
Enterprise adalah, yang pertama adalah sejumlah arsitektur yang ditetapkan adalah arsitektur data, arsitektur
aplikasi dan arsitektur teknologi. Arsitektur dalam kontesks ini adalah sebuah cetak biru, gambaran ataupun
model.
Enterprise dalam penelitian ini adalah penyelengara pelayanan perijinan satu pintu. Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses
pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu
tempat. Perubahan sistem penyelengaraan membutuhkan proses penyesuaian diantaranya adalah pembentukan
organisasi, proses bisnis, perumusan peraturan daerah, perancangan infrastruktur dan teknologi informasi,
perancangan sistem informasi, dan pembentukan unit dan fasilitas organisasi. Pengembangan sistem informasi
diharapkan dapat menjadi alat yang dapat membantu percepatan pencapaian tujuan Penyelengaraan PTSP.
Cetak biru yang dihasilkan dengan Perencanaan Arsitektur Enterprise selanjutnya dapat digunakan
sebagai landasan dalam pengembangan Sistem Informasi sehingga diharapkan Sistem Informasi yang dibangun
dapat align, support dan fit dengan enterprise yang dalam hal ini adalah Dinas Perijinan sebagai
penyelenggara PTSP.
Kata kunci: Perencanaan Arsitektur Enterprise, Arsitetur Data, Asitektur Aplikasi, Arsitektur Teknologi, Cetak
Biru, Sistem Informasi
dunia industri tetapi juga dimanfaatkan oleh pemerintah dalam melakukan perannya menjalankan
pemerintahan. Tetapi sayang fenomena yang terjadi adalah investasi yang besar di bidang TI dan SI seringkali
tidak dibarengi dengan manfaat yang diperoleh oleh pemerintah (enterprise). Salah satu penyebabnya adalah
pembangunan sistem informasi dilakukan tanpa membuat cetak biru enterprise terlebih dahulu sebagai
landasan bagi pengembangan sistem informasi. Sehingga dengan perkembangan enterprise yang semakin
komplek mengharuskan enterprise tersebut melakukan kustomisasi terus-menerus terhadap sistem informasi
yang telah dibangun yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Duplikasi sistem informasi, tidak
adanya integrasi sistem informasi yang satu dengan yang lain, plaftform yang berbeda antar tiap sistem
informasi juga menjadi faktor penyebab kegagalan suatu enterprise mendapatkan manfaat yang optimal dari
pengunaan TI dan SI.
Suatu enterprise yang tumbuh dan menjadi lebih kompleks membuat management melakukan permintaan
yang semakin besar terhadap fungsi sistem informasi. Mereka membutuhkan untuk dapat melakukan akses
terhadap data kapanpun dan dimanapun dengan mudah, akurat dan konsisten di seluruh departemen, sistem
informasi yang cepat mengikuti perubahan kondisi bisnis, dan dapat melakukan sharing data antar tiap
departemen. Karena itu suatu cetak biru dari enterprise menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun
sebagai landasan dalam memanfaatkan IT dan SI yang digunakan untuk mencapai tujuan bisnis enterprise
dengan menghasilkan informasi yang berkualitas. Kualitas ini harus direncanakan.
Perencanaan Arsitektur Enterprise merupakan pendekatan yang modern untuk melakukan perencanaan
terhadap kualitas data dan mencapai misi SI dan merupakan proses dalam mendefinisikan sejumlah arsitektur
untuk mengunakan informasi dalam mendukung bisnis dan rencana untuk mengimplementasikan arsitektur
tersebut. Dari definisi diatas ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Arsitektur
Enterprise adalah, yang pertama adalah sejumlah arsitektur yang ditetapkan adalah arsitektur data, arsitektur
aplikasi dan arsitektur teknologi. Arsitektur dalam kontesks ini adalah sebuah cetak biru, gambaran ataupun
model.
Enterprise dalam penelitian ini adalah penyelengara pelayanan perijinan satu pintu. Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses
pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sarnpai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu
tempat. Perubahan sistem penyelengaraan membutuhkan proses penyesuaian diantaranya adalah pembentukan
organisasi, proses bisnis, perumusan peraturan daerah, perancangan infrastruktur dan teknologi informasi,
perancangan sistem informasi, dan pembentukan unit dan fasilitas organisasi. Pengembangan sistem informasi
diharapkan dapat menjadi alat yang dapat membantu percepatan pencapaian tujuan Penyelengaraan PTSP.
Cetak biru yang dihasilkan dengan Perencanaan Arsitektur Enterprise selanjutnya dapat digunakan
sebagai landasan dalam pengembangan Sistem Informasi sehingga diharapkan Sistem Informasi yang dibangun
dapat align, support dan fit dengan enterprise yang dalam hal ini adalah Dinas Perijinan sebagai
penyelenggara PTSP.
Kata kunci: Perencanaan Arsitektur Enterprise, Arsitetur Data, Asitektur Aplikasi, Arsitektur Teknologi, Cetak
Biru, Sistem Informasi