Main Article Content
Abstract
Burnout telah menjadi masalah kesehatan global yang serius, terutama di kalangan profesional dengan tuntutan kerja tinggi. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada penurunan produktivitas, tetapi juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan fisik dan mental. Studi terbaru menunjukkan prevalensi burnout mencapai 40-60% pada tenaga kesehatan dan pendidik. Neurofeedback muncul sebagai pendekatan inovatif yang menawarkan solusi berbasis neurosains untuk mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas neurofeedback dalam mengurangi gejala burnout dan mengidentifikasi perubahan pola gelombang otak yang terkait dengan perbaikan gejala. Penelitian menggunakan desain literatur review terhadap 35 studi terkait yang dipublikasikan antara 2010-2023. Data diekstraksi menggunakan protokol PRISMA dan dianalisis secara kuantitatif-kualitatif. Temuan menunjukkan neurofeedback secara signifikan mampu: (1) mengurangi gejala emosional sebesar 42% (ES=0.78, p<0.001), (2) meningkatkan kualitas tidur melalui normalisasi gelombang SMR (12-15Hz), dan (3) memperbaiki fungsi eksekutif dengan peningkatan aktivitas beta (15-20Hz). Perubahan EEG menunjukkan korelasi kuat antara peningkatan koherensi frontal dan penurunan gejala. Neurofeedback merupakan intervensi yang efektif untuk menangani burnout, dengan efek terapeutik yang bertahan hingga 6 bulan pasca-intervensi. Studi ini merekomendasikan protokol standar 15-20 sesi dengan kombinasi pelatihan alfa dan beta untuk hasil optimal.
Kata Kunci: Burnout; Gelombang Otak; Intervensi Psikologis; Kesehatan Mental Kerja; neurofeedback
Article Details
Copyright (c) 2025 Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
