Main Article Content

Abstract

Penelitian akan mengupas persoalan poligami dalam kerangka hukum Nasional, yang secara normatif menghendaki terealisasikannya asas monogami, melalui redaksi formal undang-undang perkawinan No. 1/1974 Pasal 1 (3) dimana laki-laki dan perempuan menikahi satu pasangan dalam satu kurun waktu pernikahan dengan tidak ada tandingan dalam jumlah. Sedangkan faktualnya, ada tumpang tindih aturan, melihat poligami dalam paradigma fikih konservatif tidak pernah memasuki ranah "haram" selama dijalankan sesuai ketentuan yang meliputinya berlandaskan penafsiran ayat 3 Qur'an surah an-Nisā dengan indikasi kebolehan beristri lebih dari satu meskipun tidak menganjurkan dan mencegahnya, sesuai asbāb al-nuzūl-nya perlindungan hukum bagi anak-anak yatim yang disalahgunakan oleh para walinya setelah ditinggal mati kedua orang tua dalam peperangan. Maka tujuan yang hendak dicapai, adalah membedah konkret konsepsi poligami yang hendak disampaikan Qur'an dan keadilan yang menjadi syarat primernya, dikorelasikan dengan formalisasi hukum Islam di era modern dalam peraturan kompilasi perundang-undangan yang mentransformasikan hukum-hukum fikih. Penelitian menerapkan metode kualitatif berbasis pendekatan kepustakaan merujuk pada berbagai literatur ilmiah terhadap suatu norma hukum berlaku secara yuridis normatif (doctrinal) dari ragam sumber data terkini dan terdahulu yang masih relevan. Berangkat dari temuan seperangkat aturan hukum poligami dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengenai prosedural ketat yang mengarah pada kebolehan (Buku I Bab IX Pasal 55-59), UUP dan pelaksanaannya dalam PP No. 9/1974 Bab VIII (Pasal 41-44), sampai kultur masyarakat yang belum mengindahkan dan memandang hukum positif sebelah mata sehingga poligami ramai dilaksanakan di bawah tangan, saat tujuan sakīnah, mawaddah, dan raḥmah tidak lagi dirasakan pada satu istri. Syariat yang mulanya bertitik tolak pada bagaimana keadilan ditegakan dalam keluarga poligamis, mulai bergeser pada kemaslahatan lain sesuai perkembangan zaman.


 


The research will explore the issue of polygamy within the framework of national law, which normatively requires the realization of the principle of monogamy, through the formal wording of marriage law No. 1/1974 Article 1 (3) where men and women marry one partner in one period of marriage with no match in number. While in fact, there seems to be an overlap of rules, looking at the conservative fiqh paradigm polygamy never enters the realm of "haram" as long as it is carried out according to the provisions that cover it, based on the interpretation of verse 3 of the Qur'an surah an-Nisā with an indication of the permissibility of having more than one wife even though it does not encourage and prevent it, according to the asbāb al-nuzūl of legal protection for orphans who are abused by their guardians after the death of both parents in war. The purpose of this study is to dissect the conception of polygamy that the Qur'an wants to convey and the justice that is the primary requirement, correlated with the formalization of Islamic law in the modern era in the compilation of legislation that transforms the laws of fiqh. The research applies a qualitative method based on a literature approach referring to various scientific literature on a legal norm applicable juridically normative (doctrinal) from a variety of current and previous data sources that are still relevant. Starting from the findings of a set of legal rules for polygamy in the Compilation of Islamic Law (KHI) regarding strict procedures that lead to permissibility (Book I Chapter IX Articles 55-59), UUP and its implementation in PP No. 9/1974 Chapter VIII (Articles 41-44), to the culture of the community that has not heeded and underestimated positive law so that polygamy is often carried out under the hand, when the goal of sakīnah, mawaddah, and raḥmah is no longer felt in one wife. The Shari'ah, which was originally based on how justice was upheld in polygamous families, began to shift to other benefits according to the times.

Article Details

How to Cite
Dzurriyyatus Sa’adah, I., & Sar’an, M. (2024). IMPLEMENTASI PRAKTIK POLIGAMI DALAM HUKUM KELUARGA ISLAM: ANALISIS TERHADAP TAFSIR AN-NISĀ AYAT 3. Al-Mawarid Jurnal Syariah Dan Hukum (JSYH), 6(1). https://doi.org/10.20885/mawarid.vol.6.iss1.art5

References

  1. Abdullah, S. R. (2004). Poligami dan Eksistensinya. Pustaka Al-Riyadl.
  2. Abu Abdillah, M. bin A. al-Anshari al-Qurthubi. (2006). Al Jami’ li Ahkam Al-Quran. Dar Al-Risalah.
  3. Abu Bakar bin Muhammad Husain, T. (1984). Kifayah al-Akhyar. Dar al-Fikr.
  4. Alfani, Moch. F. (2023). The Meaning of Rahmatan lil ’Alamin in the Contemporary Tafseer of Muhammad Quraish Shihab. International Journal of Social Science and Religion (IJSSR), Vol. 4, 70.
  5. Al-Zuhaili, W. (1991). Tafsir al-Munir: Fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj. Dar al-Fikr.
  6. Al-Zuhaili, W. (2011). Fiqh Islam wa Adillatuhu Jilid 9, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Gema Insani.
  7. Anam, H. F. (2020). Poligami dalam Hermeneutika Feminis Amina Wadud. Musawa: Jurnal Studi Gender Dan Islam, Vol. 19, 54.
  8. Anshary, M. (2010). Hukum Perkawinan di Indonesia: Masalah-Masalah Krusial. Pustaka Pelajar.
  9. Asdin, A. (2023). Konsep Keadilan dalam Berpoligami Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. Jurnal Darussalam Pemikiran Hukum Tata Negara Dan Perbandingan Hukum, Vol. 3.
  10. Ashidiqie, M. L. I. I. (2023). Poligami dalam Tinjauan Syariat dan Realitas. Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah: Jurnal Hukum Keluarga Dan Peradilan Islam, Vol. 2, 214.
  11. Ash-Shabuni, M. A. (2008). Tafsir Ayat Ahkam (Rawa’i Al-Bayan Tafsir Ayat Al-Ahkam min Al-Qur’an), Diterjemahkan Mu’ammal Hamidy dan Imron A. Manan. PT. Bina Ilmu.
  12. Ath-Thabari, A. J. M. bin J. (2007). Tafsir Ath-Thabari, Diterjemahkan oleh Ahsan. Pustaka Azzam.
  13. Bigha, M. D. (1984). Fiqh Syafi’i. Ter. Adlchiyah Sunarto dan Multaza. Pustaka Pelajar.
  14. Bukhari. (2000). Shahih Bukhari. Dar Al-Hadis.
  15. Cahyani, A. I. (2018). Poligami dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Al-Qadau: Peradilan Dan Hukum Keluarga Islam, Vol. 5, 271–280.
  16. Damarsari, B. P., Handoko, W., & Lumbanraja, A. D. (2021). Penerapan Nilai-Nilai Hukum Progresif terhadap Pandangan Hakim pada Hak Anak Hasil Poligami tanpa Izin. Jurnal Notarius, Vol. 14, 202–203.
  17. Ghazaly, Abd. R. (2006). Fiqh Munakahat. Kencana.
  18. Harahap, A. S., Maryani, H., Nasution, A., & Siregar, D. A. (2022). Sosialisasi Konsep Keadilan dalam Perkawinan Poligami menurut Islam. Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 6, 397–398.
  19. Hidayatullah, H. (2015). Adil dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm. Religi: Jurnal Studi Islam, Vol. 6.
  20. Hosen, I. (2003). Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan. Pustaka Firdaus.
  21. Isti’anah, & Husna, N. (2022). Poligami dalam Perspektif Al-Qur’an, El-Mu’jam: Jurnal Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadis. El-Mu’jam: Jurnal Kajian Al-Qur’an Dan Al-Hadis, Vol 2, 54–55.
  22. Jalaluddin, M. (2021). Konsep Keadilan Dalam Poligami: Studi Tentang Pendapat Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar. An-Nawazil: Jurnal Hukum Dan Syariah Kontemporer, Vol. 2.
  23. Jones, J., & Philip, A. A. B. (1996). Plural Marriage in Islam. Terj. Machnun Husein, Monogami dan Poligini dalam Islam. Raja Grafindo Persada.
  24. Khafsoh, N. A., Rukmaniyah, & Farhani, K. R. S. (2022). Praktik Poligami di Indonesia dalam Perspektif M. Quraish Shihab, Hussein Muhammad, dan Nasaruddin Umar. Jurnal Sosiologi Reflektif, Vol. 16, 484–485.
  25. Mahfudin, A., & Wardani, G. R. S. (2018). Asas Monogami dalam Surat An-Nisa’ Ayat 3 (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab). Jurnal Hukum Kelurga Islam, Vol. 3.
  26. Mahmood, T. (1972). Family Law in The Muslim World. The Indian Law Institute.
  27. Mulia, M. (1999). Pandangan Islam Tentang Poligami. LKAJ-SP.
  28. Munawar, A. E. (2021). Aturan Poligami: Alasan, Tujuan, dan Tingkat Ketercapaian Tujuan. Jurnal Tahkim, Vol. XVII, 35–38.
  29. Murtadha, M. (2000). The Rights of Women in Islam. Ter. M. Hashem. Lentera Basritama.
  30. Mustari, A. (2014). Poligami dalam Reinterpretasi. Jurnal Sipakalebbi, Vol. 1.
  31. Mustofa, M. A. (2017). Poligami dalam Hukum Agama dan Negara. Al-Imarah: Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam, Vol. 6.
  32. Nasution, K. (1996). Riba dan Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran Muhammad Abduh. Pustaka Pelajar.
  33. Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Cakra Books.
  34. Nuryamin, Farid, D., Pakarti, M. H. A., Hendriana, & Nu’man, M. H. (2023). Putusan Hakim dalam Menuntaskan Sengketa Perkawinan Poligami di Indonesia. Jurnal Justisi Universitas Muhammadiyah Sorong, Vol. 9, 143.
  35. Ramdhani, I. (2023). Ragam Regulasi Poligami di Negara Muslim Modern (Komparasi Hukum Keluarga di Asia Tenggara dan Afrika Utara). Jurnal Ontologi Hukum, Vol. 3, 31.
  36. Ridha, A. A. R. (2006). Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar. TK Penerbit Erlangga.
  37. Sayyidah, Rahman, I. K., & Ramly, A. T. (2021). Konsep Keadilan dalam Poligami Menurut Agama Islam. Diversity: Jurnal Ilmiah Pascasarjana, Vol. 1.
  38. Seyanto, D. A. (2017). Poligami dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam (Kritik Terhadap Hukum Perkawinan di Indonesia). Jurnal Al-Ahwal, Vol. 10.
  39. Shiddiq, M. J. (2023). Sejarah Tradisi Budaya Poligami di Dunia Arab Pra Islam (Perspektif Tradisi Coomans Mikhail). Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 7, 4–5.
  40. Shihab, M. Q. (1999). Wawasan Al-Qur’an. Mizan.
  41. Shihab, M. Q. (2012). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Lentera Hati.
  42. Sukri, S. S. (2002). Bias Gender dalam Pemahaman Islam. Gema Media.
  43. Wahyudi, A. (2021). Poligami dalam Kurun Waktu Satu Hari Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam. Jurnal Muqaranah, Vol. 5, 179.
  44. Wahyudi, Nada, W., Susanto, C., Widianengsih, D., & Pitriani, L. (2023). Analisis Pemikiran as-Shabuni tentang Poligami dalam Kitab Shafwatut Tafasir. Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, Vol. 3, 187–189.
  45. Wartini, A. (2013). Poligami: Dari Fikih Hingga Perundang-Undangan. Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 10.