Main Article Content
Abstract
Indonesia sebagai negara dengan geografis yang sangat luas dan kondisi sosial-ekonomi yang beragam menyebabkan ketimpangan status gizi antardaerah. Pada masa baduta (bawah dua tahun), terjadi perbaikan gizi anak yang sangat kritis sehingga intervensi gizi setelah masa ini berdampak kurang signifikan pada perkembangan fisik dan kognitif anak. Penelitian ini menggunakan metode hierarchical clustering untuk klasterisasi provinsi di Indonesia berdasarkan indikator status gizi anak baduta tahun 2023. Analisis menghasilkan jumlah klaster optimum sebanyak 2 klaster dengan algoritma terbaik adalah AGNES. Klaster 1 beranggotakan 16 provinsi dengan permasalahan kekurangan gizi yang tinggi sehingga status gizi pada klaster ini dapat dikategorikan buruk. Sementara itu, klaster 2 beranggotakan 22 provinsi dengan permasalahan kekurangan gizi yang rendah sehingga status gizi pada klaster ini dapat dikategorikan baik. Dengan demikian, pemerintah dapat melakukan evaluasi kebijakan terkait intervensi gizi khususnya pada daerah yang tergolong status gizi buruk, seperti menyediakan program pemberian makanan tambahan (PMT) pada baduta, meningkatkan peran posyandu, dan melakukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi status gizi baduta.