Main Article Content
Abstract
Angka kematian bayi merupakan indikator penting dalam menilai tingkat kesehatan masyarakat suatu wilayah. Meskipun angka kematian bayi di Jawa Timur mengalami penurunan dari tahun 2020 hingga 2022, pada tahun 2023 kembali meningkat menjadi 7,40 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk memahami pola distribusi kematian bayi, diperlukan analisis spasial guna mengidentifikasi wilayah yang berisiko tinggi. Penelitian ini menggunakan metode Statistics Getis-Ord Gi* untuk menentukan hotspot dan coldspot yang menjadi titik epicentrum pada angka kematian bayi di Jawa Timur. Metode ini merupakan komplementer dari Indeks Moran’s setelah mengetahui adanya pola distribusi angka kematian bayi secara umum. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2023, yang mencakup 38 kabupaten/kota. Studi ini menggunakan pendekatan ekologis retrospektif dengan analisis data berupa statistik deskriptif, uji autokorelasi spasial Global Moran’s I, serta pemetaan hotspot menggunakan Getis-Ord Gi*. Hasil penelitian menunjukkan adanya klaster wilayah dengan angka kematian bayi tinggi, terutama di Kabupaten Bondowoso, Jember, dan Situbondo. Faktor-faktor seperti berat bayi lahir rendah, akses terhadap sanitasi yang layak, serta kondisi sosial-ekonomi memiliki hubungan dengan angka kematian bayi, meskipun dengan tingkat korelasi yang bervariasi antar daerah. Penelitian ini menegaskan pentingnya analisis spasial dalam perencanaan kebijakan kesehatan. Dengan memahami pola distribusi kematian bayi, intervensi yang lebih efektif dapat diterapkan untuk menurunkan angka kematian bayi di Jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) dalam menekan angka kematian anak pada tahun 2030
