Main Article Content

Abstract

Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara Indonesia. Tanpa membedakan asal usul, status ekonomi, bahkan kondisi fisik. Disleksia adalah sebuah kondisi seorang anak mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengeja. Autis adalah gangguan yang ditunjukkan dengan penguasaan tertunda seperti ecolalia (kemampuan berbicara), mustism (kecemasan sosial), pembalikan kalimat, serta adanya aktivitas bermain yang repetitive dan stereopik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di sekitarnya. Dikutip dari kemendikbud.go.id  pada tahun 2015, dari 1,6 juta anak-anak berkebutuhan khusus, hanya 164.000 anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai kebutuhan mereka hanya 10-11 persen dari seluruh anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia.Riyani  T.  Bondan,  Ketua  Asosiasi  Disleksia  Indonesia,  mengungkapkan,  di dunia, 10 hingga 15 persen anak sekolah menyandang disleksia. Dengan jumlah anak sekolah di Indonesia sekitar 50 juta, diperkirakan lima juta di  antaranya mengalami disleksia. ujarnya. Berdasarkan data dari BPS tahun 2017 mengungkapkan bahwa pelatihan mengenai prevalensi autisme di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan. Pemerintah pernah merilis data perkiraan penyandang autisme di Indonesia dengan menggunakan prevalensi autisme di Hongkong tahun 2008, yakni 1,8 dari 1000 anak. Dengan menggunakan prevalensi tersebut, maka tahun ini ada sekitar 139 ribu penyandang autis berusia 17 tahun ke bawah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah classroomactionresearch atau PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil penelitian yang di dapatkan adalah penerapan metode multisensori untuk meningkatkan kemampuan baca tulis alquran pada anak disleksia dan autis.  Proses pembelajaran dengan metode ini dapat melibatkan dan mengaktifkan seluruh sensori pada anak, berupa penglihatan, pendengaran, perabaan, dan pergerakan yang terjadi di sekitar anak tersebut. Kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam metode belajar ini membutuhkan konsentrasi melihat (Visual), mendengan (Audio), menulis di atas kertas (Kinestetik), dan menelusuri atau meraba (Tactil).

Keywords

Autis Disleksia Multisensori

Article Details

References

Read More