Isi Artikel Utama

Abstrak

Sampah sayuran hasil pertanian yang tidak laku dijual di pasar seringkali membusuk dan akhirnya dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir, yang meningkatkan volume sampah dan berpotensi menimbulkan masalah lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan ini, sampah sayuran dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual, seperti bioethanol. Bioetanol merupakan sumber energi terbarukan yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa, termasuk sampah sayuran seperti kentang, tomat, wortel, sawi, dan kubis. Dalam program pengabdian ini, dirancang unit pembuatan e-Bio dengan kapasitas proses 5 liter yang menggunakan sampah sayuran sebagai bahan baku. Unit ini terdiri dari peralatan pre-treatment, fermentor, dan unit distilator. Peralatan pre-treatment meliputi tangki pemasak awal, crusher, dan tangki bertekanan. Tangki fermentor dilengkapi dengan dua pengaduk manual tipe paddle dengan diameter 30 cm. Sementara itu, tangki distilasi terbuat dari stainless steel dan dilengkapi dengan heater untuk memanaskan larutan hasil fermentasi serta tangki air pendingin untuk mendinginkan e-Bio yang teruapkan. Tujuan dari program ini adalah mengaplikasikan unit pembuatan e-Bio dengan memanfaatkan sampah sayuran sebagai bahan baku, meningkatkan penghasilan masyarakat atau petani melalui penjualan e-Bio, serta mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh pembuangan sampah sayuran

Kata Kunci

bioetanol e-bio fermentor sampah sayuran unit distilasi

Rincian Artikel

Referensi

  1. Republik Indonesia. (2006). Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2006. Sekretariat Negara.
  2. Komarayati, S., & Gusmailina. (2010). Prospek bioetanol sebagai pengganti minyak tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
  3. Badan Standarisasi Nasional. (2009). Etanol Nabati. (SNI 3565:2009).
  4. Adeyani, N. P., Agustin, W., Absor, M. U., Broto, R. T. W., Arifan, F., & Yudanto, Y. A. (2022). Studi: Potensi bioetanol limbah nasi putih, metode efektif dalam produksi bioetanol, potensi Aloe Vera sebagai antiseptik dan efektivitas hand sanitizer. Pentana: Jurnal Penelitian Terapan Kimia, 1(1), 6-14.
  5. Awasthi, M. K., Singh, L., & Pandey, A. K. (2017). Vegetable waste as an organic waste available in large quantities, particularly from traditional markets, restaurants, and households. Journal of Environmental Management, 204, 1-10. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2017.09.020
  6. Guritno, B., Argo, B. D., & Yulianingsih, R. (2011). Desain unit pengolahan bioetanol untuk petani di Desa Ngajum Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. Jurnal Rekayasa Mesin, 2(1), 83-91.
  7. Rahmat, B., Cahrial, E., & Rofatin, B. (2012). Rancang-bangun alat produksi bioetanol. (Hibah Penelitian, Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Siliwangi).
  8. Wooley, R., Ruth, M., Glassner, D., & Sheehan, J. (1999). Process design and costing of bioethanol technology: A tool for determining the status and direction of research and development. Biotechnology Progress, 15(5), 794-795. https://doi.org/10.1021/bp990107u
  9. Perdana, D. A. (2011). Kajian tekno ekonomi perancangan proses produksi bioetanol dari limbah tanaman jagung. (Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor).
  10. Taherzadeh, M. J., & Karimi, K. (2009). Pretreatment of lignocellulosic wastes to improve ethanol and biogas production: A review. International Journal of Molecular Sciences, 9(9), 1621-1651. https://doi.org/10.3390/ijms9091621
  11. Mohan, S. V., Reddy, P. K., & Sreekanth, P. (2016). Production of bioethanol from vegetable waste and its potential to reduce environmental impact from greenhouse gas emissions, such as methane, produced by anaerobic decomposition in landfills. Renewable Energy, 91, 387-396. https://doi.org/10.1016/j.renene.2016.01.036
  12. Khavita, R., & Pharm, M. (2014). The design of fermenter. Department of Pharmaceutics, Sri Ramaswamy Memorial University, New Delhi, India.