Main Article Content

Abstract

Background: Pediatric patients frequently receive prescriptions for erythromycin due to its availability in chewable tablet form. Some conditions lead to the powdering of chewable tablets to enhance patient acceptability. Modifying the dosage form of chewable tablets into powder can change the drug's surface, affecting its physical stability and effectiveness against bacteria.
Objective: This study aims to determine the physical stability of divided powder and the effectiveness of erythromycin pulveres against E. coli and S. aureus on the 1st to 14th days.
Method: For this study, we prepared up to 200 mg of erythromycin powder, typically administering it to pneumonia patients at a dose of 50 mg/kgBW/day. We will evaluate pulveres physical stability through organoleptic and humidity tests. Next, the powder's effectiveness was evaluated using the disk diffusion method (Kirby Bauer) with an erythromycin powder inhibition zone diameter of 25.65 μg containing 15 μg of erythromycin against E. coli and S. aureus bacteria.
Results: After day 9, the organoleptic test results showed a slight hardening; however, the moisture balance test results showed the change in humidity percentage was still in the stable range (1.24-2.12%). The inhibition zone (DIZ) of erythromycin powder against S. aureus was 91.7–97.40% bigger than the positive control. The DIZ against E. coli was 44.6–88.70% bigger than the positive control.
Conclusion: Erthyromycin powder was stable for 14 days and is effective against S. aureus bacteria.
Keywords: Erythromycin, divided powder, S. aureus, E. coli


Intisari
Latar belakang: Eritromisin sering diresepkan untuk pasien pediatrik karena tersedia dalam bentuk tablet kunyah. Pada beberapa kondisi, tablet kunyah dibuat puyer untuk meningkatkan kenyamanan pasien dalam mengonsumsi obat. Perubahan bentuk sediaan tablet kunyah menjadi puyer dapat memperluas permukaan obat sehingga berisiko mempengaruhi stabilitas fisik sediaan dan efektivitasnya terhadap suatu bakteri.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik puyer dan efektivitas puyer eritromisin terhadap E. coli dan S. aureus pada hari ke-1 sampai ke-14.
Metode: pengujian ini dilakukan dengan membuat puyer eritromisin dalam dosis 200 mg yang biasa diberikan untuk pasien pneumonia dengan dosis 50 mg/kgBB/hari. Puyer akan diuji stabilitas fisiknya melalui uji organoleptis dan kelembaban. Selanjutnya puyer diuji efektivitasnya menggunakan metode difusi cakram (Kirby Bauer) dengan mengukur diameter zona hambat puyer eritromisin 25,65 μg yang mengandung eritromisin 15 μg terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.
Hasil: Hasil uji organoleptis menunjukkan adanya sedikit pengerasan setelah hari ke 9 namun hasil uji moisture balance menunjukkan perubahan persentase kelembaban masih pada rentang stabil (1,24-2,12%). Daya hambat puyer eritromisin terhadap S. aureus sebesar 91,7-97,40% dibandingkan kontrol positif, sementara itu, daya hambat terhadap E. Coli berada pada rentang 44,6-88,70.
Kesimpulan: Puyer ertiromisin stabil selama 14 hari dan efektif terhadap bakteri S. aureus.
Kata kunci: Eritromisin, puyer, S. aureus, E. coli

Keywords

erythromycin divided powder S. aureus E. coli

Article Details

Author Biographies

Mutiara Herawati, Universitas Islam Indonesia

Pharmacist Program Departement

Oktavia Indrati, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Jurusan Farmasi, Universitas Islam Indonesia

Fitra Romadhonsyah, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Jurusan Farmasi

Tri Esti Purbaningtias, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Jurusan Kimia

Sekti Kartika Dini, Jurusan Statistika, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Jurusan Statistik

Yusi Rahmadani, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Profesi Apoteker, Universitas Islam Indonesia

Wahidatun Mardatillah, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Jurusan Farmasi 

References

  1. Bestari, A.N., Sulaiman, T.. S., & Purnamasari, D.A. (2017). Pengaruh Pengecilan Ukuran Partikel pada
  2. Kasus Pembuatan Pulveres dari Tablet Terhadap Kecepatan dan Profil Disolusi Serta Stabilitasnya. Majalah Farmaseutik, 13(1), 45–55.
  3. CLSI. (2020). Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing 30th ed, CLSI supplement
  4. M100. Wayne: Clinical and Laboratory Standards Institute.
  5. Haryanto, B. (2017). Pengaruh Penambahan Gula Terhadap Karakteristik Bubuk Instan Daun Sirsak
  6. (Annona Muricata L.) Dengan Metode Kristalisasi. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 14(3), 163–170. https://doi.org/10.21082/jpasca.v14n3.2017.163-170
  7. Kapoor, G., Saigal, S., & Elongavan, A. (2017). Action and Resistance Mechanisms of Antibiotics: A
  8. Guide for Clinicians. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology, 33(1), 300–305. https://doi.org/10.4103/joacp.JOACP
  9. Katzung, B.G. & Anderah, T.W. (2021). Basic & Clinical Pharmacology, 15e. New York: McGraw-Hill.
  10. Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
  11. Indonesia.
  12. Kurniawan, B.R. (2013). Stabilitas Resep Racikan Yang Berpotensi Mengalami Inkompatibilitas
  13. Farmasetika Yang Disimpan Pada Wadah Tertutup Baik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 1–16.
  14. Latifiana, U., Budi Legowo, D., Fitriany, E., Priyoherianto, A., & Huri, M.N.A. (2021). Uji Mutu Fisik
  15. Metoklopramid HCl Tablet Chewable dengan Variasi Jenis Pengisi sebagai Diluent menggunakan Metode Granulasi Basah. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 1(2), 76–85. https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i2.10638
  16. Purssell, E. & Gould, D. (2023). Infection Prevention and Control in Healthcare Settings. Hoboken:
  17. Wiley-Blackwell, John Wiley & Sons, Ltd..
  18. Renu, Dahiya, J., Jalwal, P., & Singh, B. (2015). Chewable Tablets: A Comprehensive Review. The
  19. Pharma Innovation Journal, 4(5), 100–105.
  20. Riskesdas, 2019. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
  21. Schwinghammer, T.L. & DiPiro, P.J.T, (2021). Pharmacotherapy Handbook (Eleventh Edition). New
  22. York: Mc Graw Hill.
  23. Setyani, Z.C., Widyaningsih, T.D., & Ali, D.Y. (2023). Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
  24. terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Susu Bubuk Edamame. Jurnal Teknologi Pangan, 16(2), 18–30. https://doi.org/10.33005/jtp.v16i2.3472
  25. Wahyuni, F.A., Fitriani, V.Y., & Masruhim, M.A. (2015). Pola Penggunaan Antibiotik Penyakit
  26. Pneumonia Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. Dalam: Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. Samarinda, Kalimantan Timur, hal. 95–100. https://doi.org/https://doi.org/10.25026/mpc.v2i1.46
  27. Widyastiwi, W., Sugihartina, G., & Pamudjo, I. (2017). Acceptability of Anti‑Tuberculosis
  28. Compounded Medicines at a Hospital in Bandung. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(2), 99–106. https://doi.org/10.15416/ijcp.2017.6.2.99