Main Article Content

Abstract

Ketegangan perspektif dan ideologis tidak dapat ditampik berkaitan dengan semakin meruncingnya fenomena fundamentalisme Islam yang secara umum dimaknai sebagai representasi gerakan radikal dalam Islam. Radikalisme sesungguhnya ada dalam agama mana pun, tetapi ISIS belakangan telah mengentalkan tuduhan Barat bahwa Islam identik dengan terorisme. Gerakan Islam radikal dengan skripturalisme literalnya memasifkan wacana anti kebebasan dalam ruang masyarakat baru yang melekat dalam kesehariannya yakni media sosial. Sharing pemikiran yang demikian deras tampaknya menyemarakkan ideologisasi kaum skripturalis tersebut, padahal sesungguhnya tanpa independensi individual dan otonomi berpikir dapat menumpulkan akal sehat. Kebebasan berpendapat dan mengemukakan pendapat dipasung sedemikian rupa dan tradisi sharing berita (baca: copy paste) tersebut tidak dapat mendewasakan umat Islam sebagaimana spirit rahmatan lil ‘alamin. Islam moderat dapat mengatasi kejumudan berpikir dan meneguhkan diskursus pemikiran Islam kontemporer dimana pemikiran bebas, teologi pembebasan dan keadilan mendapatkan momentumnya.

Keywords

Kebebasan berpikir Islam kontemporer

Article Details

Author Biography

Robby Habiba Abror, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam
How to Cite
Abror, R. H. (2018). Makna Kebebasan Berpikir Dalam Diskursus Pemikiran Islam Kontemporer. Unisia, 38(84), 38–47. Retrieved from https://journal.uii.ac.id/Unisia/article/view/11664
No Related Submission Found