Main Article Content

Abstract

Maiyahan memang bukan seperti pengajian pada umumnya di tengah acara bisa saja ada wokshop dan beragam simulasi. Secara teoritis, semakin orang terpenuhi kebutuhannya, semakin sejahtera dan bahagia kehidupannya, dalam arti kebahagiaan merupakan sebuah kebutuhan dan telah menjadi sebuah kewajiban moral bahwa biasanya orang akan menunjukkan tingkah laku yang baik jika mereka merasa bahagia. Perilaku yang baik berkaitan dengan kondisi psikis yang sehat yang kemudian juga akan berimplikasi kepada kehidupan yang berkualitas pada diri seseorang. Kebahagiaan yang ingin dicapai oleh seseorang bukanlah kebahagiaan yang bersifat sementara atau berupa kenikmatan saja. Struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego, dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi impuls agresif, dimana sistem kerjanya dengan prinsip kesenangan (Pleasure Principle). Selain itu sistem syaraf, sebagai id bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organism menjadi daya-daya motivasional yang disebut dengan nafsu. Ego (Tester Of Reality) adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai nilai superego. Jamaah Maiyah tidak identik dengan sekumpulan orang Islam saja. Bahkan seringkali hadir dalam komunitas ini tokoh-tokoh lintas agama, aliran, suku bangsa, etnik, LSM, mahasiswa dalam dan luar negeri, dan lain-lain. Nuansanya sangat berbudaya dan tidak juga serta-merta menjadi sinkretisme deengan gaya bicara khasnya sehingga para jaamah sangat antusias hingga berlarut larut malam mendengarkan Cak Nun dalam menyampaikan materinya

Keywords

Ketergantungan Maiyah Mocopot syafaat

Article Details

References

  1. Emha Ainun Nadjib. Orang Maiyah (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. 2007), 17.
  2. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004), 103
  3. Mathew B. Milles dan A. Michael Hubermen, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), 20.
  4. Ronny K. Pratama, Maiyah Sebagai Pendidikan Alternatif Sosial Kemasyarakatan, (Pustaka Ombak, Yogyakarta: 10 Desember, 2017), 289.
  5. Saratri Wilonoyudho, (2013) Maiyah dan Postmordenism, diunduh pada tanggal 20 April 2020, dari https://www.caknun.com/2013/maiyah-danpostmodernism/
  6. Seligman, M. E. P. Bahagia Sejati. Terj. Rekha Trimaryoan (Jakarta: Pustaka Raya. 2004), 34.
  7. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2008), 3.
  8. www.Bangbang Wetan.org diakses pada 20 Februari 2020, pukul 22.53 WIB.