Main Article Content

Abstract

Di tengah masih adanya berbagai ujaran kebencian, kekerasan berbasis agama, dan ideologisasi simbol keagaman menggantikan konsep NKRI dan Pancasila, lembaga pendidikan agama dan keagamaan, baik yang formal maupun nonformal sangat berperan dalam menyemai kader-kader muslim yang akan berkiprah di tengah masyarakat. Mengerti dan melihat pendidikan nonformal dalam upayanya terlibat ke arah itu, sangat penting, karena transfer pengetahuan keagaman dan persepsi keagamana juga banyak dilakukan oleh lembaga keagamaan nonformal, sehingga akan mempengaruhi peta generasi baru muslim di Indonesia. Tulisan ini adalah hasil  penelitian, terhadap pendidikan keagamaan bekerjasama dengan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan kemenag  dengan mengambil fokus pada Madrasah Diniyah Takmiliyah, sebagai pendidikan keagamaan non-formal yang ada di Yogyakarta, khususnya di Madrasah Diniyah Takmiliyah Al-Mubarok, Sleman Yogyakarta. Sudut pandang yang digunakan, di sini, melihat gerakan di tengah masyarakat, dari  sudut apa yang dikembangkan oleh istitusi, lembaga, atau padepokan atau masjid, yang berhubungan dengan tradisi yang lebih besar di lingkupnya, dan afiliasi madzhabnya; tetapi juga dilihat berhubungan dengan konteks tradisi kecilnya, di tengah komunitas masyarakat. Sudut pandang tradisi besar dalam  lingkungan tradisi kecil, berusaha dilihat saling terkait, tidak sama sekali otonom. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa di sebuah madrasah yang terlihat kecil, ternyata juga membangun tradisi besar, dalam hal ini adalah toleransi; yang tidak terpisah dari gerakan yang lebih besar lagi. Mereka mempercayai bahwa perbedaan tidak mungkin dihindari, sama halnya dengan persamaan, tidak mungkin semua orang mempunyai pikiran yang sama semua. Akan tetapi mereka juga memiliki batasan yang dipahami dari sumber tradisi besar, Al-Qur’an dan hadits, dimana toleransi tidak boleh dalam soal ikut beribadah atau kayakinan. Dengan memahami demikian, mereka menanamkan nilai-nilai menghargai perbedaan dan yang berbeda keyakinan dan nilai keterbukaan. Upaya yang dilakukan mereka, menjadi agen of change melalui pendidikan non formal, karena didukung oleh guru-guru yang berpikiran terbuka dan kepemimpinan yang visioner untuk mencapai tujuan itu. Hanya saja, dari sudut membangun jaringan ke luar, Madrasah Takmiliyah Al-Mubarok belum cukup kuat dan massif, sehingga masih bertumpu ke dalam.

Keywords

Tradisi besar Tradisi Kecil pendidikan non formal madrasah takmiliyah toleransi

Article Details

How to Cite
Safitri, E. (2020). Tradisi Besar Membangun Toleransi, Madrasah Diniyah Takmiliyah Al-Mubarok Yogyakarta Membangun Harmoni Beragama. Millah: Journal of Religious Studies, 19(2), 345–371. https://doi.org/10.20885/millah.vol19.iss2.art7

References

  1. Ainun Nadjib, Emha. Dialog Antar agama dan batas-Batasnya. Yogyakarta: Dian Interfidei, 1996.
  2. "Arti kata toleransi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online." Diakses 2 Juli 2020. https://kbbi.web.id/toleransi.
  3. Asih, Sri. Wawancara guru al-Qur'an Hadis di MDT Takmiliyah Al-Mubarak Yogyakarta, Agustus 2019.
  4. Bambang Pranowo, M. Memahami Islam Jawa. Pustaka Alvabet, 2009.
  5. "Ciri-ciri Sikap Toleransi," Agustus 2019. https://www.kompasiana.com/.
  6. Dawam. Emoh Sekolah: Menolak Komersialisasi Pendidikan dan Kanibalisme Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003.
  7. Fitriani, Nur. Wawancara Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum dan guru Aqidah dan Akhlak di MDT Al-Mubarak, Agustus 2019.
  8. https://www.kompasiana.com. "Hubungan antar Manusia," Agustus 2019.
  9. Iswanto. Wawancara guru Bahasa Arab di MDT Al-Mubarak ., Agustus 2019.
  10. Kamus Besar Bahasa Indonesia. CET 7. GRAMEDIA PUSTAKA, 2013.
  11. Lynch, James. Multicultural education: principles and practice. Routledge education books. London ; Boston: Routledge & Kegan Paul, 1986.
  12. Safei, Agus Ahmad. "Toleransi Beragama Di Era 'Bandung Juara.'" KALAM 10, no. 2 (30 Desember 2016): 403-22. https://doi.org/10.24042/klm.v10i2.7
  13. Sapati, Rumsia. "Toleransi Dan Batas-Batasnya Dalam Multikultural Studi Kasus Di Sd Negeri 30 Manado," 2 Agustus 2019.
  14. Sashi Kirana, Tamara. Wawancara dengan , guru praktik ibadah di MDT Al-Mubarak., Agustus 2019.
  15. Shofiyatun. Wawancara kepala Madrasah Diniyah Takmiliyah Al-Mubarak, Agustus 2019.
  16. Sudjana, Djudju. Evaluasi program pendidikan luar sekolah untuk pendidikan non formal dan pengembangan sumberdaya manusia. Cet. 1. Remaja Rosdakarya, 2006. https://doi.org/10.21009/JIV.0101.2
  17. Wahid, Abdurrahman. Dialog kritik dan identitas agama. Yogyakarta: Dian/Interfidei, 1993.
  18. Wazler, Micheal. On Toleration. Yale University: New Haven, 1997.
  19. Wildan, Muhammad. Kajian Pendidikan Non-Formal Bidang Agama Bagi Anak di Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta; Disusun Dalam Rangka Penyiapan Bahan Perumusan Kebijakan Bidang Kehidupan Beragama. Yogyakarta: Biro Administrasi Kesra Dan Kemasyarakatan Setda DIY, 2014.
  20. Yaqin, M. Ainul. Pendidikan multikultural : cross-cultural understanding untuk demokrasi dan keadilan. Pilar Media, 2005.
  21. Yusuf, Mohammad. "Pluralism Missing from Curriculum." The Jakarta Post, Desember 2008.