Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga Jurnal Komunikasi edisi perdana, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2006 berhasil kami terbitkan. Bukan hal yang mudah bagi kami untuk memberanikan diri menerbitkan Jurnal Komunikasi ini karena penerbitan sebuah jurnal ilmiah membawa sebuah tanggung jawab yang tidak ringan, yaitu komitmen menjaga konsistensi dan kontinuitas penerbitan sehingga di kemudian hari tidak mendapat predikat “jurnal berkala†alias “kala-kala terbit kala-kala tidakâ€. Jurnal Komunikasi yang diterbitkan Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia diharapkan menjadi media informasi bagi akademisi dan masyarakat yang concern terhadap kajian-kajian ilmu komunikasi, sekaligus perwujudan tanggung jawab intelektual yang harus terus tumbuh dan berkembang dinamis di lingkungan kampus. Komitmen awal kami atas penerbitan Jurnal Komunikasi adalah mewadahi hasil penelitian, kajian dan analisis kritis, serta pemikiran konseptual di bidang komunikasi yang kerap tidak terpublikasikan.
Kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Amir Effendi Siregar, MA (Universitas Islam Indonesia); Hermin Indah Wahyuni, Phd (Universitas Gadjah Mada);Â DR. Heddy Pujo Santoso (Universitas Diponegoro); DR. Dedi N Hidayat (Universitas Indonesia);Â dan Henry Subiyakto, MA (Universitas Airlangga) yang di sela-sela padatnya kesibukan bersedia menjadi tim penyunting ahli.
Â
Edisi perdana ini kami menampilkan delapan tulisan, enam diantaranya hasil pemikiran dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UII dan dua tulisan yang lain merupakan sumbangan pemikiran dari dosen serta peneliti di luar UII. Tulisan pertama karya Muzayin Nazaruddin memotret media massa sebagai sarana paling penting dari kapitalisme global untuk memelihara hegemoni ideologisnya.
Tulisan Anang Hermawan menelisik kajian ekonomi politik media dengan pendekatan Critical Discourse Analysis (CDA). Sementara itu, lewat tulsiannya, Puji Hariyanti menengarai telah terjadi pertarungan wacana politik dalam bisnis media. Dalam tulisan lain, Iwan Awaluddin Yusuf mencoba melakukan tinjauan teoritik mengenai epistemologi bencana sekaligus merumuskan pentingnya peran media dalam proses edukasi publik tentang bagaimana menyikapi bencana secara proporsional serta menjadikan media sebagai bagian dari sistem peringatan dini (early warning system).
Kontroversi regulasi penyiaran di Indonesia yang tidak kunjung selesai diangkat oleh Masduki. Ia mensinyalir, interpretasi yang berbeda terhadap muatan UU dan PP merupakan konsekuensi dari percampuran yang tidak seharusnya ada antara sistem penyiaran yang otoriter, neoliberal, dan sistem penyiaran demokratis. Pitra Narendra dalam artikelnya menilai televisi, berpengaruh yang cukup besar di dalam proses akulturasi budaya. Melalui proses tersebut, televisi mereproduksi nilai dan pandangan hidup yang ada di dalam masyarakat. Salah satu nilai yang diwariskan dan direproduksi melalui media massa adalah nasionalisme.
Maraknya tayangan televisi yang disinyalir membodohi publik mendapat perhatian dari Muhammad Zamroni. Kajiannya entang komodifikasi budaya dalam tayangan televisi dapat dibaca dalam Jurnal Komunikasi edisi perdana ini. Sebagai penutup, kami menampilkan tulisan Abdul Rohman yang menyoroti probematika public relation dengan contoh kasus peran public relations officer (PRO) dalam branding universitas.
Pembaca yang budiman, ke depan kami sangat mengharapkan kontribusi pemikiran, baik berupa naskah maupun kritik dan saran demi kemajuan dan penyempurnaan Jurnal Komunikasi.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca dan menikmati sajian kami.
Published: October 27, 2006