Mayoritas rakyat Indonesia adalah beragama islam. Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau sebagian besar rakyat pun menginginkan norma-norma Islam mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat, yang mempengaruhi pola berpikir ataupun bertindak dari masyarakat tersebut. Lebih dari itu, agama Islam pun diharapkan bisa menjawab masalah riel yang ada dalam masyarakat, yang sekarang ini sedang dalam proses industrialisasi. Harapan ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, karena agama Islam memang mengandung ajaran komperhensif dan mengait pada setiap aspek kehidupan makhluk.
Dalam edisi kali ini, UNISIA mencoba mengangkat topik utama yang berkaitan dengan masalah proyeksi kehidupan sosial dalam era industrialisasi. Seperti biasanya, mendahului penerbitan ini, diadakan diskusi terbatas yang melibatkan beberapa pakar yang relevan denganpokok bahasan tersebut. Antara lain dijadikan nara sumber adalah Dr. Juhaya S Praja dari IAIN Bandung, Dr. Chairil Anwar, Sekum ICMI Orwil DIY, Drs. Syafaruddin Alwi MS, Drs. Soeroyo MA, dan pembicara lainnya. Â
Industrialisasi menyangkut suatu proses perubahan, yang kalau kita lihat di Indonesia hal ini berkait dengan terjadinya tranformasi struktural dari masyarakat agraris ke industri. Ini memang menyangkut suatu yang kompleks. Perubahan tersebut, menurut Dr. Juhaya, menggiring masyarakat yang hidup pada era industrialisasi untuk patuh dan taat dengan nilai masyarakat industri. Padahal, nilai tersebut tidak dikenal sebelumnya oleh masyarakat agraris. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya interpretasi nilai-nilai keagamaan yang diselaraskan dengan nilai-nilai Islam yang berpuncak pada tauhidullah dan tauhiidul ummah.
Persoalan lain yang mungkin muncul dalam industrialisasi adalah masalah pengangguran, ketimpangan pendapatan dan merajalelanya kemiskinan. Aspek itu, menurut Syafaruddin Alwi, sebenarnya sudah dibahas semua dalam agama Islam. Misalnya saja, diajarkan tentang prinsip keseimbangan yang di dalamnya mengatur dengan jelas distribusi pendapatan, hubungan antar-manusia, yang kalau diterapkan maka tak mungkinmuncul ketimpangan ataupun kemiskinan.
Jadi, dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam pembangunan, maka berbagai dampak negatif pembangunan ataupun industrialisasi itu, sebenarnya tidak perlu terjadi. Pengintegrasian ini, menurut Zaenal Abidin SH. sangat tergantung pada sikap dari pemuka agama dan pemerintah.
Untuk mendukung industrialisasi maka dituntut pula adanya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), yang juga diharuskan oleh Islam untuk dipelajari. Namun sayangnya, seperti ditulis oleh Dr. Chairil Anwar, di negara yang banyak penduduk muslimnya, termasuk Indonesia, masih kurang dalam mengembangkan Iptek tersebut.
Tentu saja masih banyakpemikiran yang berkaitan dengan topik tersebut muncul dalam edisi ini, Dan diluar topik utama tersebut, dimuat pula teori Al Ghazali mengenai pemerintahan, masalah pengembangan industri tekstil, dan kajian mengenai konfigurasi hukum Islam modern  Untuk edisi yang akan datang, tema utama UNISIA adalah berkait dengan masalah konglomerasi dan kasus ketidaksempurnaan pasar yang berupa monopoli dan oligopoli. Jadi, titik berat kajiannya adalah bidang ekonomi. Namun demikian, seperti biasanya, diperlukan pula tinjauan dari bidang ilmu lainnya, seperti tinjauan hukumnya. Oleh karena itu, diharapkan kontribusi pembaca untuk berpartisipasi membuat kajian tertulis sehingga dapat dimuat dalam UNISIA berikutnya (esh).
Published: July 20, 2016