Beberapa tahun silam, masyarakat Indonesia sangat akrab dengan istilah "tinggal landas". Ini dikaitkan dengan tahap pembangunan ekonomi Indonesia, yang digambarkan sebagai tahap untuk tunbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri, dalam menuju rmsyarakat adil dan makmur. Istilah ini kemndian menjadi term yang akrab di segala lapisan, menjadi konsumsi bahan pidato para pejabat tinggi hingga ke level paling bawah, dikutip hampir setiap hari oleh media massa. Namun wujud konkret, atau kondisi pada masa tinggal landas itu sendiri mungkin tak pernah secara pasti difahami oleh khalayak luas. Mereka mungkin tak pernah pula memikirkan bagaimana sebenamya kondisi pada waktu tinggal landas itu. Memang istilah itu menjadi sangat abstrak dan kualitatif rumusannya, walau sebenamya istilah aslinya, take off, yang dimunculkan oleh WW Rostov, mempunyoi besaran kuantitatif yang cukup jelas.

Kmi istilah tinggal landas, yang eranya menurut ukuran "formal" pemerintah sudah kita masuki, sudah jarang terdengar. Yang bergema saat ini adalah term globalisasi, regionalisosi dan lebih luas lagi: liberalisasi ekonomi. Masyarakat pun kini akrab dengan AFTA, APEC maupun GATT/WTO. Ini sebagai akibat kerapnya istilah-istilah itu muncul dari mulut para pejabat, pengusaha, para wakil rakyat, atau sekedar ucapan di warung kopi.

Namun berbeda dengan istilah "tinggal landas", yang lebih bernuansa domestik. istilah globalisasi, regionalisasi dan liberalisasi lebih berdimensi internasional. Karena yang tersirat dari ketiga istilah tersebut adalah suatu kesepakatan yang sifatnya multilateral, yang akan mempengaruhi negara anggotanya. Jadi, ini bersifat lebih nyata dan mudah dibayangkan. Tidak terlalu abstrak.

Walau wujud kuantitatifnya tidak selalu muncul, orang bisa mcmbayangkean apa yang terjadi pada saat liberalisasi ekonomi, atau persaingan ekonomi yang lebih bebas merambah dunia, dan termasuk Indonesia. Orang bisa membayangkan, apakah konglomerat kita, yang akrab dengan proteksi dan banyak disebut sebagai "jago kandang" bisa bertahan? Bagaimana pula unit-unit usaha menengah dan kecil, yang modalnya lemah, tanpa perlidungan berarti bisa kompetisi dengan pengusaha dari mancanegara ? Bagaimana pula sumber daya manusia, yang sisi pendidikan dan ketrampilannya masih rendah, bersaing dengan tenaga kcrja dari negara lain?.

Akan sangat banyak daftar pertanyaan yang berhubungan dengan era persaingan bebas tersebut, dikaitkan dengan kesiapan dan kcmampuan kita saat mi. Melihat berbagai kinerja ekonomi Indonesia dewasa ini, sebagian ekonom tetap yakin Indonesia bisa memetik manfaat pada era liberalisasi ekonomi, yang akan terjadi pada dasawarsa-dasawarsa awal abad ke-21 nanti. Namun, tidak sedikit pula yang memandang masa tersebut dengan sikap skeptik, bahkan pesimistik. Pandangan-pandangan demikian, didasari oleh asumsi-asumsi dengan melihat kondisi fakta ekonomi saat ini, dan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah;

Pandangan-pandangan tersebut, yang semuanya masih bisa didiskusikan lebih lanjut, dimunculkan dalam UNISIA edisi ini. Apapun pandangan yang muncul, tampak ada satu benang merah dari pandangan tersebut, yakni : suatu tantangan yang berat pasti dihadapi oleh ekonomi Indonesia dalam jangka pendek ini agar dapat memetik manfaat dari era liberalisasi ekonomi tersebut. Dan, bisa jadi ada pembaca yang tidak sepakat dengan pandangan tersebut. Untuk itu, UNISIA menanti pandangan lain untuk mengisi rubrik tanggapan yang akan diterbitkan pada edisi mendatang.

Published: July 27, 2016

Kecenderungan dan Tantangan Industrialisasi Indonesia menjelang Tahun 2000

Rizal Ramli (1)
(1)
3-16
159

Peran Pemerintah dalam Ekonomi Pasar Terbuka

Arief Ramelan Karseno (1)
(1)
17-22
310

Beberapa Problematik Ekonomi Indonesia Memaski Abad XXI

Edy Suandi Hamid (1)
(1)
23-32
198

Pembangunan Regional Di Indonesia : Beberapa Catatan Menjelang Abad Ke - 21

Mudrajat Kuncoro (1)
(1)
33-41
197

Dampak Terintegrasinya Pasar Uang dan Modal terhadap Industri Perbankan Indonesia

- Nopirin (1)
(1)
42-46
187

Sektor Luar Negri Indonesia Abad Ke 21 : Globalisasi dan Hubungan Ekono-Politik

Endang Sih Prapti (1)
(1)
49-58
304

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai Piranti Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

- Marwanto (1)
(1)
59-70
1177

Fenomena Overheating Perekonomian Indonesia

Wihana Kirana Jaya (1)
(1)
71-79
230

Perspektif Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia Memasuki Era Kompetisi Global

Arif Hartono (1)
(1)
80-96
170

Pasar Kerja Indonesia Menyongsong Abad Ke - 21

Nur Feriyanto (1)
(1)
97-104
156