Perjalanan bangsa Indonesia selama 54 tahun merdeka telah rnengalami berbagai ujian dan cobaan, baik pada era orde lama, orde baru dan kini pada era reformasi. Upaya membangun bangsa Indonesia ke arah terwujudnya cita-cita nasional telah rnelibatkan berbagai pihak baik unsur teorisi maupun praktisi, namun hasilnya masih belum sesuai yang diharapkan.
Ada dua unsur penting yang sedikit banyak ikut andil dalam memainkan peran menata bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan yaitu kelompok penganut agama dan kelompok partai yang secara konseptual memiliki visi dan misi sendiri-sendiri.
Diakui bahwa kelompok Islam adalah kelompok mayoritas yang secara kuantitatif menduduki ranking teratas dalam menghuni bumi nusantara ini. Dari sisi ajarannya dengan wataknya yang egaliter ajaran Islam mendorong tumbuhnya masyarakat demokratis yang menghargai perbedaan dan mendukung nilai-nilai kemanusiaan. Dengan menjadikan kandungan agama sehagai dasar dari penegakan hukum rnaka perubahan yang berjalan seiring dengan proses reformasi di negara ini akan menemukan solusi atas berbagai persoalan baik secara sosial maupun ekonomi.
Perubahan ini ditengarai tampilnya kelompok modemis berpendidikan barat yang sedikit hanyak telah mengusung berbagai perubahan terutama di tingkat wacana pada masyarakat Islam, dan terjadi gelombang pasang naik hubungan antara kelompok modernis Islam dengan masyarakat sekaligus imbas pada hubungannya dengan barat.
Sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dipercaya memegang pucuk pemerintahan tidak lepas dari peran partai-partai politik Islam yang merupakan harapan dan sekaligus tantangan ujian bagi umat Islam. Pertanyaan yang mendasar adalah, mampukah? Gus Dur menyalurkan aspirasi umat Islam, yang dalam posisinya juga dituntut untuk menampung semua aspirasi masyarakat Indonesia yang sarat dengan keberagaman. Dalam kalangan Islam sendiri tidak semuanya menampilkan sosok yang harus berdiri di atas kemurnian ajaran Islam, karena ada sebagian yang masuk dalam kategori Islam abangan yang dalam gerakannya lebih mengedepankan aspek toleransi daripada mempertahankan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Oleh karena itu, sisi negatif dari adanya kelompok abangan adalah munculnya kelompok sempalan sebagai reaksi tersumbatnya saluran politik yang diwujudkan dalam bentuk aksi kekerasan. Untuk membentenginya itu perlu dilakukan perombakan secara sistematis dan radikal dengan menyelenggarakan berbagai program dan aksi demokrasi. Dengan demikian, maka idaman umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya untuk mewujudkan Indonesia menjadi masyarakat madani akan menjadi kenyataan Â
Published: July 27, 2016